Yudi Mulyana Mantan Pendeta Militan Cirebon

Sejak memeluk Islam, ia ingin bertemu ketiga anaknya yang dibawa pergi keluarganya.

Suara azan Subuh menyayat-nyayat hati Yudi Mulyana, pendeta yang juga staf pengajar agama Kristen di sebuah sekolah dasar di Cirebon, pagi itu. Jantungnya berdegup kencang. Ia limbung dan roboh.

''Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya pagi itu,'' ujarnya sambil menceritakan kejadian di pengujung Agustus 2008. Padahal, ia memang terbiasa bangun pagi, berbarengan Subuh. Melakukan doa pagi dan membaca Alkitab adalah aktivitas rutinnya membuka hari.

Namun pagi itu, ia seolah lumpuh. Meski panik, ia mencoba tenang. Yudi membuat banyak asumsi untuk menghibur diri. Namun, tak satu pun mampu menolongnya. Hatinya menjadi tenang setelah membuka saluran televisi menyaksikan acara zikir yang dipimpin oleh Ustaz Arifin Ilham. Ia berkomat-kamit mengikuti zikir yang dibacakan jamaah Arifin di layar televisi. ''Tuhan, apa yang terjadi dengan diri saya,'' tuturnya. Kalimat Thayyibah menenteramkannya hingga ia bisa bangkit dan kembali berjalan.

Yudi mencari permakluman bahwa fisiknya terlalu capek. Kuliah S-2 Teologi di sebuah perguruan tinggi di Bandung, sementara dia tinggal di Cirebon, menyita perhatian dan energinya. ''Besok juga sembuh,'' pikirnya kala itu.

Namun, kendati fisiknya sudah segar, ia kembali mengalami peristiwa yang sama keesokan harinya. Bahkan, setiap kali mendengar suara azan, tubuhnya bergetar. Di waktu lain, hatinya gelisah setiap kali menyentuh Alkitab.Pada pekan yang sama, ia menemui Ustaz Nudzom, putra ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Cirebon. Ia menceritakan pengalamannya. Komentar Nudzom saat itu, ''Anda mendapat hidayah.''Mendengar jawaban itu, hati Yudi berontak. ''Tuhan, saya tak ingin menjadi Muslim,'' ujarnya.

Bersyahadat

Pengalaman di ujung fajar itu selalu menghantui pikiran Yudi. Ia makin merasa tak nyaman berada di gereja. Anehnya, hatinya menjadi adem saat melintas di depan masjid atau secara diam-diam masuk ke area masjid. Puncaknya, tanggal 7 Agustus 2008 saat sedang mengajar, ia mendengar suara azan seolah berkumandang di telinganya. ''Timbul keinginan yang kuat dari dalam diri saya untuk membaca syahadat,'' ujarnya.

Ia segera menemui Dra Hj Sri Hayatun, kepala sekolah tempatnya mengajar. Sri keheranan dengan sikap Yudi. Di Cirebon, ia dikenal sebagai guru dan pendeta militan. Sepak terjangnya selama ini membuat ratusan Muslim sukses dimurtadkan (keluar dari Islam). Dia kemudian diantar ke Kantor Departemen Agama Kota Cirebon. Bahkan, salah seorang pejabat di kantor itu menyarankannya untuk pulang dan berpikir sungguh-sungguh. ''Berpindah keyakinan bukan perkara main-main,'' kata pejabat Depag tersebut sebagaimana ditirukan Yudi.

Namun, tekadnya sudah bulat. Bahkan, telepon mamanya yang meminta Yudi untuk mengurungkan niatnya, diabaikannya. ''Meski saya menjadi Muslim, saya tetap akan menjadi anak mama,'' jelasnya kepada perempuan yang melahirkannya di ujung telepon.

Maka siang itu, dibimbing oleh KH Mahfud, ia bersyahadat. Dan, berita pendeta menjadi Muslim segera tersebar ke seantero kota. Saat pulang, ia menjumpai rumahnya sudah kosong. Istrinya yang mendengar kabar itu segera mengungsikan diri dan anak-anaknya ke Indramayu. Surat cerai dilayangkan dua bulan kemudian.

Lima Hal

''Saya melakukan pencarian teologis setelah saya bersyahadat,'' kata Yudi. Ia memulai dengan pertanyaan, Apakah ajaran semua agama sama? Kalau sama, harus jelas di mana persamaannya dan pasti. Kalau ada yang berbeda, juga harus jelas perbedaannya.

Dari hasil penelusurannya, sedikitnya Yudi menemukan ada lima persamaan ajaran agama-agama besar, yaitu harus menyembah Tuhan; mengenal konsep dosa; hidup adalah mencari jalan ke surga; harus berbuat baik; dan ada kehidupan setelah kematian. Setelah diteliti lagi, kata dia, ternyata hanya temanya saja yang sama, tetapi ajaran dan konsepnya berbeda.

''Saya mulai bertanya, jadi Tuhan itu satu atau banyak?'' ujarnya. Maka, ia mempersempit persoalan, hanya tentang konsep keesaan Tuhan dan soal pengampunan dosa. Ajaran Islam dan Kristen tentang kedua hal itu pun dipersandingkan.Dalam Kristen, Adam dan Hawa yang terusir dari surga meninggalkan dosa warisan bagi anak cucunya. ''Berarti proses pengampunan Tuhan tidak tuntas,'' ujarnya. Padahal, Tuhan tentulah bukan pendendam seperti sifat makhluk-Nya.

Dalam Islam, ia menemukan hal yang beda. Manusia terlahir dalam kondisi fitrah. Dia menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.Ia juga dibuat terkagum-kagum dengan asmaul husna . ''Tuhan itu satu, tapi Dia mempunyai 99 nama yang melambangkan sifat-Nya,'' ujarnya.'Perilaku Tuhan' dalam Islam, kata dia, melambangkan nama-nama itu. '' Kenapa Allah menghukum, karena dia mempunyai sifat Adil. Namun, Dia juga pemaaf Ghafurjuga rahman dan rahim,'' tambahnya.Ia makin yakin dengan pilihannya. ''Hanya Islam yang konsep ketuhanannya bisa dipahami secara rasional,'' ujarnya.

Giat berdakwah

Kini, hari-hari Yudi Mulyana diwarnai dengan berbagai kesibukan dakwah. Dia memberi testimoni dalam dakwahnya ke berbagai kota di Indonesia. Saat Republika menemuinya di Jakarta, Yudi baru beberapa hari pulang umrah. Sebelumnya, ia selama seminggu berada di Provinsi Riau.''Saya ingin menebus dosa-dosa saya telah memurtadkan sekian banyak orang dengan menjadi pendakwah,'' ujarnya.

Ia menyebarkan pesan-pesan Islam kepada siapa saja yang ditemuinya. ''Saya selalu bilang, Anda semua beruntung menjadi Muslim sejak awal. Islam itu agama agung yang ajarannya sangat masuk akal.''Dia mencontohkan dirinya, yang harus kehilangan keluarga karena pilihannya menjadi Muslim. Bukan perkara mudah, karena selama lebih dari 10 tahun perkawinannya, tak pernah ada gejolak dalam rumah tangganya. ''Kami keluarga yang hangat,'' ujarnya.

Yudi selalu berkaca-kaca kalau menceritakan anak-anaknya. Dia dan anak-anaknya kini dipisahkan. Meski kini dia telah memiliki keluarga baruia menikah dengan seorang Muslimah asal Cirebonkerinduan pada buah hatinya tak pernah pupus.Ada satu mimpinya, Yudi ingin menjadi imam shalat bagi ketiga buah hatinya. ''Saya ingin sekali ketemu mereka dalam Islam,'' ujarnya terbata-bata.

Mengkristenkan Orang dalam 1,5 Jam

Yudi Mulyana termenung sejenak ketika ditanya orang Islam yang berhasil dimurtadkannya. ''Sudah tak terhitung jumlahnya,'' jelasnya. Apalagi, mereka yang berhasil dimurtadkan itu biasanya juga aktif melakukan pemurtadan terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Sebelum menempuh pendidikan S-2, aku Yudi, metode yang dikembangkan untuk memurtadkan orang masih menggunakan metode konvensional. ''Bersahabat, membantu, lalu diajak masuk Kristen. Itu cara yang sudah sangat kuno,'' ujarnya.

Ia dan rekan-rekannya kemudian mengembangkan sistem baru untuk menarik jamaah. Caranya adalah dengan 'masuk' ke alam pikiran orang yang bersangkutan, mengguncangkan keimanannya, dan mengajaknya kepada cahaya, agama baru yang dibawanya.

Secara khusus, Yudi mendalami dan mengembangkan teori untuk menarik remaja dan anak-anak berpindah keyakinan. Untuk anak SD, misalnya, ada metode yang disebutnya 'Buku Tanpa Kata'. Dalam buku itu, hanya ada lima warna yang menyimbolkan keyakinan. Sampai di satu titik, sang anak akan dibimbing pada satu warna yang merujuk pada agama yang ditawarkannya. Dan, hanya dalam waktu singkat, ia berhasil memurtadkan anak-anak itu. ''Hanya dalam 1,5 jam saja, mereka sudah siap untuk meninggalkan agama lamanya,'' jelasnya.

Bersama komunitasnya, Yudi aktif mengembangkan metode-metode baru Kristenisasi. Motode ini lahir dari beragam praktik yang dilakukan di lapangan. ''Secara berkala kami berkumpul untuk melakukan evaluasi.''Demi mengemban misi 'menggarap' anak-anak pula, Yudi rela untuk menjadi pegawai negeri dan mengajar di sekolah dasar. ''Sungguh, awalnya saya stres mengajar anak-anak. Biasanya saya mengajar mahasiswa dan para misionaris dewasa,'' tambahnya.

Namun, Yudi dinilai sukses mengemban misi itu. Anak-anak yang berhasil dimurtadkannya, disiapkan untuk menjadi misionaris kecil. Biasanya, begitu masuk kelas 4 SD, mereka diberi materi-materi dasar. ''Begitu mereka kelas 5 dan 6 SD, mereka mulai militan. Mereka sudah bisa menarik teman-teman sebayanya untuk pindah agama,'' jelasnya.

Ia saat itu meyakini, tugas menyebarkan agama bukan hanya tugas rohaniawan, tapi juga seluruh jamaah. ''Jadi, yang awam pun harus dimobilisasi untuk menjadi penyebar agama,'' jelasnya.Dasar pemikirannya, kata Yudi, sederhana saja, yaitu bahwa seekor domba itu hanya akan lahir dari domba juga, bukan gajah atau yang lain. ''Jadi, yang bisa mengajak seseorang kepada iman yang kami yakini saat itu, ya orang dari komunitas itu,'' katanya.

Maka, selain anak-anak SD, ia juga mengader tukang becak, buruh pabrik, hingga karyawan. ''Merekalah yang nantinya akan menjadi penyeru di lingkungan mereka,'' tambahnya.Ia juga menemukan sendiri metode yang disebutnya 'aliran hidayah'. Intinya, setiap hari ia mewajibkan dirinya untuk bercerita tentang ajaran agamanya saat itu. Perkara orang yang diajak bercerita itu berpindah agama atau tidak, biarkan hidayah yang bicara. ''Dalam satu hari, saya harus menyiarkan syalom minimal pada satu orang,'' ujarnya.

Setiap Muslim itu dai

Kini, setelah menjadi Muslim, metode yang ditemukannya itu pun digunakannya. Dalam sehari, minimal ia berdakwah pada satu orang. ''Kata ajaran agama kita, sampaikan walau hanya satu ayat,'' ujarnya mengutip hadis Nabi SAW.Menurutnya, tak harus menjadi dai untuk bisa mendakwahkan Islam. Setiap Muslim, kata dia, bisa menjadi penyeru (dai). ''Setiap Muslim adalah misionaris bagi agamanya,'' ujarnya.

Ia mengkritik lemahnya umat Islam dalam soal ini. Semestinya, setiap Muslim menjadi public relation bagi agamanya, karena sesungguhnya hanya Islam-lah agama yang konsep ketuhanannya bisa dipertanggungjawabkan, bahkan secara rasional. ''Jangan hanya karena yang lain dan dengan alasan menegakkan toleransi, mereka justru mendangkalkan akidahnya sendiri,'' ujarnya.

www.mualaf.com
Posted on 11.58 / 0 komentar / Read More

Pemain Asing Indonesia Jadi Mualaf

Christian Gonsalez
Ada sebuah pertanyaan menggelitik yang diajukan kru Sabili saat saya diwawancara tahun 2010 lalu. Kurang lebih pertanyaannya begini, “Kalo pemain muslim nasional ada gak yang kayak pemain internasional, berdakwah di tengah aktivitas persepakbolaannya?

Menurutku sih banyak dong. Coba aja perhatiin, pemain asing yang sudah lama beredar di Indonesia banyak yang jadi mualaf. Salah satunya Cristian Gonzales, pemain naturalisasi Indonesia asal Uruguay yang menjadi aktor penting timnas Indonesia di Piala AFF 2010. Tentunya mereka jadi mualaf setelah melihat aktivitas kawan-kawannya yang mayoritas Muslim.

Danilo Fernando
Gonzales banyak belajar Islam dari istrinya, Eva Nurida Siregar. Gonzales dan Eva bertemu di Cili dan menikah pada tahun 1995. Saat itu Gonzales masih beragama Katholik dan istrinya beragama Islam.

Arcan Iurii
Kepindahan Gonzales tahun 2003 ke klub Indonesia PSM Makassar menjadi pintu hidayah bagi Gonzales. Ia banyak belajar dari masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim. Tanggal 9 Oktober 2003 Christian Gonzales memutuskan untuk masuk Islam atas dasar kemauan sendiri dengan disaksikan oleh ustadz Mustafa di Mesjid Agung al Akbar Surabaya. Christian Gerard Alfaro Gonzales kemudian diberi nama Mustafa Habibi. Nama Mustafa diambil dari guru spiritualnya, ustadz Mustafa sedangkan Habibi (cintaku) diambil karena rasa cinta sang istri amat besar kepada Christian Gonzales.

Patricio Jimenez
Islam memiliki kesan tersendiri bagi Gonzales “Karena di dalam Islam setiap ada sesuatu ada ucapan doanya seperti ketika masuk rumah mengucapkan assalamualaikum, ketika mau melakukan sesuatu diawali dengan basmalah, dan setiap melangkah dalam Islam selalu aja ada bacaan. Dan ini menjadi hati saya merasa tenang” Ungkap Eva mengutip ucapan Gonzales.

Javier Rocha
Mantan rekan setim Gonzales di Persik Kediri, Danilo Fernando juga memutuskan menjadi mualaf tak lama setelah merumpt di Indonesia. Begitu pun dengan pelatih nyentrik asal Moldova, Arcan Iurii.

Di kesebelasan lain ada pemain asal Brasil, Antonio Claudio (Persibom, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara), pemain asal Cile, Patricio Jimenez (Semarang United), dan Javier Rocha (Batavia Union). Keputusan mereka menjadi mualaf umumnya didorong keinginan sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak mana pun.

Antonio Claudio
''Tidak ada orang yang memaksa saya masuk Islam. Saya menjadi mualaf murni karena keinginan saya sendiri,'' ujar Danilo. Hal yang sama diakui Iurie. "Sebelumnya, aku lahir dan besar sebagai penganut Kristen Ortodoks. Kini aku serius menjadi pemeluk agama Islam. Pilihan ini bukan sekadar main-main," ucap Iurie.

Sedangkan striker Delras Sidoarjo, Marcio Souza mengatakan dia sudah lama tertarik untuk memeluk Islam. Karena selama empat tahun dia bermain di Indonesia yang merupakan negara Islam terbesar di dunia, juga ikut memengaruhinya. 

Marcio Souza
“Saya senang dan tertarik melihat kawan-kawan lain, selalu taat dan rutin beribadah kalau pas tiba waktunya shalat. Bahkan dalam perjalanan away, di tengah perjalanan sekali pun kawan-kawan tak lupa beribadah. Mereka seperti menemukan kedamaian saat beribadah,” katanya.

Subhanallah, hidayah memang bisa datang dari mana pun, termasuk dari lapangan hijau.
Posted on 11.37 / 0 komentar / Read More

Marcio Souza Resmi Mualaf (Striker Semen Padang)

Striker andalan Semen Padang asal Brasil Marcio Souza da Silva, resmi memeluk agama Islam. 

Dengan demikian, Marcio menyusul rekannya sesama pemain sepakbola asal Brasil, Antonio Claudio, yang sudah lebih dulu menjadi seorang muslim.

Prosesi beralihnya keyakinan striker yang sudah menyumbang 10 gol untuk SP di kompetisi divisi utama musim ini, berlangsung pada Senin (28/3) diMesjid Nurul Iman Kota Padang.

Pengucapan kalimat Tauhid Dua Kalimah Syahadat oleh Marcio yang dipandu Ketua MUI Kota Padang Buya Syamsul Bahri Khatib, dihadiri pengurus serta jamaah mesjid terbesar kota Padang itu, bisa dilafazkan dengan tenang dan lancar oleh Marcio.

Setelah dinyatakan sah menjadi Muslim, mantan striker Persela Lamongan yang didampingi rekan-rekan satu timnya, tim pelatih dan beberapa pengurus SP, resmi mengganti namanya menjadi Ahmad Marcio.

Ketika ditanya alasannya memeluk Islam, Marcio mengatakan, dia sudah lama tertarik untuk memeluk Islam. Karena selama empat tahun dia bermain di Indonesia yang merupakan negara Islam terbesar di dunia, juga ikut memengaruhinya."Saya senang dan tertarik melihat kawan-kawan lain, selalu taat dan rutin beribadah kalau pas tiba waktunya shalat. Bahkan dalam perjalanan away, di tengah perjalanan sekali pun kawan-kawan tak lupa beribadah. Mereka seperti menemukan kedamaian saat beribadah,"katanya.

Menurutnya, hal itu juga semakin memperkuat keyakinannya untuk beralih menjadi seorang muslim. semuanya murni datang dari dirinya, tanpa ada paksaan dari siapa pun. (*gcik).
Posted on 10.56 / 0 komentar / Read More

Christian Lenglolo Jadi Mualaf (Pemain Asing Liga Indonesia)

JARAK tidak jadi penghalang tali kasih antara Christian Lenglolo dan Febi Agnes Miranda. Meski kini bermain di Persema Malang, eks punggawa Sriwijaya Football Club (SFC) Palembang itu akan segera menikahi wong kito (sebutan untuk orang asli Palembang). Untuk memuluskan rencana tersebut, kemarin (28/12) dia masuk menjadi pemeluk Islam (mualaf).

Lenglolo dengan fasih melafalkan dua kalimat syahadat di bawah bimbingan langsung KH M. Zen Syukri. Upacara itu dilakukan di Masjid Nurul Hidayah, Cinde. Tak terlihat seorang pun rekan Lenglolo ketika masih bersama di SFC. Yang ada hanya Febi beserta keluarga dan jamaah masjid yang sebelumnya mengadakan zikir Tahun Baru 1 Muharam 1430 H.

Lenglolo yang ketika itu mengenakan pakaian muslim warna putih sembari tertatih-tatih langsung bergegas keluar masjid setelah jadi mualaf. Dia tidak bersedia memberikan komentar soal keputusannya untuk masuk Islam. "No, no. Tidak ada wawancara," ujarnya singkat.

Sikapnya itu berbeda dengan Febi. Wanita kelahiran Palembang, 7 Agustus 1988 tersebut dengan suara terbata-bata banyak mengucap syukur atas keputusan kekasihnya itu. "Alhamdulillah, saya merasa begitu bersyukur sekali. Pastinya, hal ini merupakan anugerah yang tak ternilai harganya dalam hidup saya dan dia (Lenglolo, Red)," kata mantan penyiar radio swasta tersebut. (smk/jpnn/ang)
Posted on 10.43 / 0 komentar / Read More

Menemukan Cahaya Islam Saat Mengejar Cita-Cita Jadi Pendeta

Jamilah Kolocotronis, melalui jalan berliku untuk sampai menjadi seorang Muslim. Uniknya, ia mendapatkan hidayah dari Allah swt mengikrarkan dua kalimat syahadat, justeru saat ia menempuh pendidikan demi mewujudukan cita-citanya menjadi seorang pendeta agama Kristen Lutheran yang dianutnya.

Kisah Jamilah berawal pada tahun 1976. Meski kuliah di sebuah universitas negeri, ia masih memendam keinginan untuk menjadi pendeta. Jamilah lalu mendatangi seorang pastor di sebuah gereja Lutheran dan menyampaikan keinginannya untuk membantu apa saja di gereja. Pastor itu kemudian meminta Jamilah untuk mewakilinya di acara piknik untuk para mahasiswa baru dari negara lain. Dalam acara ini, untuk pertamakalinya Jamilah bertemu dengan seorang Muslim.

Muslim itu bernama Abdul Mun’im dari Thailand. “Ia punya senyum yang manis dan sangat sopan. Saat kami berbincang-bincang, ia seringkali menyebut kata Allah,” kata Jamilah.

Jamilah mengaku agak aneh mendengar Mun’im menyebut nama Tuhan, karena sejak kecil ia diajarkan bahwa orang di luar penganut Kristen akan masuk neraka. Saat itu, Jamilah merasa bahwa Mun’im adalah golongan orang yang akan masuk neraka, meski Mun’im percaya pada Tuhan dan berperilaku baik. Jamilah bertekad untuk bisa mengkristenkan Mun’im.

Jamilah pun mengundang Mun’im datang ke gereja. Tapi betapa malu hatinya Jamilah ketika melihat Mun’im datang ke gereja dengan membawa al-Quran. Usai kebaktian, Jamilah dan Mun’im berbincang tentang Islam dan al-Quran. Selama ini, Jamilah hanya mendengar istilah “Muslim” dan memahaminya dengan hal-hal yang negatif. Kala itu, sejak era tahun 1960-an warga kulit putih di AS meyakini bahwa warga Muslim kulit hitam ingin menyingkirkan warga kulit putih.

Selama dua tahun, Jamilah tetap melakukan kontak dengan Mun’im. Lewat aktivitasnya di sebuah Klub International, Jamilah juga bertemu dengan beberapa Muslim lainnya. Jamilah tetap berusaha melakukan kegiatan misionarisnya untuk memurtadkan mereka dan masih punya keinginan kuat untuk menjadi pendeta meski waktu itu, di era tahun ’70-an gereja-gereja belum bisa menerima perempuan di sekolah seminari.

Waktu terus berjalan, kebijakan pun berubah. Setelah menyelesaikan studinya di universitas, sebuah seminari Lutheran mau menerimanya sebagai siswa. Jamilah pun langsung mengemasi barang-barangnya dan pergi ke Chicago untuk memulai pelatihan menjadi pendeta.

Tapi, cuma satu semester Jamilah merasakan semangat belajarnya di seminari itu. Jamilah sangat kecewa dengan kenyataan bahwa seminari itu tidak lebih sebagai tempat untuk bersosialisasi dimana pesta-pesta digelar dan minum-minuman keras sudah menjadi hal yang biasa. Jamilah makin kecewa ketika seorang profesor mengatakan bahwa para cendikiawan Kristen mengakui bahwa Alkitan bukan kitab suci yang sempurna, tapi sebagai pendeta mereka tidak boleh mengungkapkan hal itu pada para jamaah gereja. Ketika Jamilah bertanya mengapa, jawabannya tidak memuaskan dan ia diminta menerima saja keyakinan itu.

Jamilah akhirnya memutuskan meninggalkan seminari dan pulang ke rumah. Ia memutuskan untuk lebih meluangkan waktu untuk mencari kebenaran. Di tengah pencariannya itu, Jamilah diterima kerja sebagai sekretaris di daerah pinggiran St. Louis tak jauh dari rumahnya.

Mencari Kesalahan al-Quran

Suatu hari Jamilah masuk ke sebuah toko buku dan menemukan al-Quran di toko buku itu. Jamilah tertarik untuk membelinya karena ia ingin mencari kelemahan dalam al-Quran. Jamilah berpikir, sebagai orang yang bergelar sarjana di bidang filosofi dan agama serta pernah mengenyam pendidikan di seminari, pastilah mudah baginya menemukan kelemahan-kelemahan al-Quran sehingga ia bisa mempengaruhi teman-teman Muslimnya bahwa mereka salah.

“Saya baca al-Quran dan mencari kesalahan serta ketidakkonsistenan dalam al-Quran. Tapi saya sama sekali tak menemukannya. Saya malah terkesan saat membaca Surat Al-An’am ayat 73. Untuk pertama kalinya saya ingin mengetahui lebih banyak tentang Islam,” ujar Jamilah.

Jamilah memutuskan untuk kembali ke universitasnya dulu dan mengambil gelar master di bidang filosofi dan agama. Pada saat yang sama, selain mengunjungi kebaktian di gereja, Jamilah juga datang ke masjid pada saat salat Jumat. Saat itu, Jamilah mengaku belum siap menjadi seorang Muslim. Masih banyak ganjalan pertanyaan memenuhi kepalanya.

Namun Jamilah tetap melanjutkan pencariannya tentang agama. Ia banyak mendapat penjelasan dari teman-temannya di universitas yang Muslim tentang berbagai keyakinan dalam Kristen yang selama ini ketahui. Selain mempelajari Islam, Jamilah juga mempelajari agama Budha. “Saya cuma ingin menemukan kebenaran,” kata Jamilah.

Mengucap Dua Kalimat Syahadat

Seiring berjalannya waktu, Jamilah merasakan kecenderungannya pada Islam pada musim panas 1980. Satu hal yang masih mengganggu pikirannya ketika itu adalah mengapa orang Islam harus berwudhu sebelum salat. Ia menganggap itu tidak logis karena manusia seharusnya bisa mengakses dirinya pada Tuhan kapan saja. Namun pertanyaan yang mengganggu itu akhirnya terjawab dan Jamilah bisa menerima jawabannya.

Akhirnya, malam itu Jamilah membulatkan tekadnya untuk menerima Islam sebagai agamanya. Ia pergi ke sebuah masjid kecil dekat universitas. Kala itu, malam ke-9 di bulan Ramadhan, Jamilah mengucapkan dua kalimat syahadat disaksikan oleh sejumlah pengunjung masjid.

“Butuh beberapa hari untuk beradaptasi, tapi saya merasakan kedamaian. Saya sudah melakukan pencarian begitu lama dan sekarang saya merasa menemukan tempat yang damai,” tukas Jamilah.

Setelah menjadi seorang Muslim, awalnya Jamilah menyembunyikan keislamannya dari teman-teman di kampus bahkan keluarganya. Menceritakan pada keluarganya bahwa ia sudah menjadi seorang Muslim bukan persoalan gampang buat Jamilah. Begitupula ketika ia ingin mengenakan jilbab. Tapi jalan berliku dan berat itu berhasil dilaluinya. Kini, Jamilah sudah berjilbab, ia tidak jadi pendeta tapi sekarang ia menjadi kepala sekolah di Salam School, Milwaukee. Di tengah kesibukannya mengurus enam puteranya, Jamilah mengajar paruh waktu dan menulis novel bertema Muslim Amerika. (eramuslim)
Posted on 10.20 / 0 komentar / Read More

Sang Pencetus Larangan Masjid Di Swiss Itu Kini Masuk Islam

Daniel Streich, politikus Swiss, yang tenar karena kampanye menentang pendirian masjid di negaranya, tanpa diduga-duga, memeluk Islam.

Streich merupakan seorang politikus terkenal, dan ia adalah orang pertama yang meluncurkan perihal larangan kubah masjid, dan bahkan mempunyai ide untuk menutup masjid-masjid di Swiss. Ia berasal dari Partai Rakyat Swiss (SVP). Deklarasi konversi Streich ke Islam membuat heboh Swiss.

Streich mempropagandakan anti-gerakan Islam begitu meluas ke seantero negeri. Ia menaburkan benih-benih kemarahan dan cemoohan bagi umat Islam di Negara itu, dan membuka jalan bagi opini publik terhadap mimbar dan kubah masjid.

Tapi sekarang Streich telah menjadi seorang pemeluk Islam. Tanpa diduganya sama sekali, pemikiran anti-Islam yang akhirnya membawanya begitu dekat dengan agama ini. Streich bahkan sekarang mempunyai keinginan untuk membangun masjid yang paling indah di Eropa di Swiss.

Yang paling menarik dalam hal ini adalah bahwa pada saat ini ada empat masjid di Swiss dan Streich ingin membuat masjid yang kelima. Ia mengakui ingin mencari “pengampunan dosanya” yang telah meracuni Islam. Sekarang adalah fakta bahwa larangan kubah masjid telah memperoleh status hukum.

Abdul Majid Aldai, presiden OPI, sebuah LSM, bekerja untuk kesejahteraan Muslim, mengatakan bahwa orang Eropa sebenarnya memiliki keinginan yang besar untuk mengetahui tentang Islam. Beberapa dari mereka ingin tahu tentang hubungan antara Islam dan terorisme; sama halnya dengan Streich. Ceritanya, ternyata selama konfrontasi, Streich mempelajari Alquran dan mulai memahami Islam.

Streich adalah seorang anggota penting Partai Rakyat Swiss (SVP). Ia mempunyai posisi penting dan pengaruhnya menentukan kebijakan partai. Selain petisinya tentang kubah masjid itu, ia juga pernah memenangkan militer di Swiss Army karena popularitasnya.

Lahir di sebuah keluarga Kristen, Streich melakukan studi komprehensif Islam semata-mata untuk memfitnah Islam, tapi ajaran Islam memiliki dampak yang mendalam pada dirinya. Akhirnya ia malah antipati terhadap pemikirannya sendiri dan dari kegiatan politiknya, dan dia memeluk Islam. Streich sendiri kemdian disebut oleh SVO sebagai setan.

Dulu, ia mengatakan bahwa ia sering meluangkan waktu membaca Alkitab dan sering pergi ke gereja, tapi sekarang ia membaca Alquran dan melakukan salat lima waktu setiap hari. Dia membatalkan keanggotaannya di partai dan membuat pernyataan publik tentang ia masuk Islam. Streich mengatakan bahwa ia telah menemukan kebenaran hidup dalam Islam, yang tidak dapat ia temukan dalam agama sebelumnya. 

(eramuslim)
Posted on 10.02 / 0 komentar / Read More

Mesut Ozil, Baca Alqur`an Sebelum Tanding

KILAU tim Jerman pada Piala Dunia 2010 tak lepas dari aksi para pemain naturalisasi yang berasal dari keluarga imigran. Mesut Ozil, pemain bernomor punggung 8, adalah salah satu di antaranya. Pria kelahiran Jerman berusia 21 tahun ini berasal dari keluarga imigran asal Kota Zonguldak di Utara Turki. Ia memiliki kemahiran dan improvisasi tinggi di tengah lapangan.
Kepiawaiannya itu membuat Jerman tak perlu khawatir dalam penguasaan lapangan tengah. Tidak hanya Ozil, bahkan kakaknya, Mutlu juga merupakan seorang pemain sepak bola yang tampil untuk klub Heßler 06 di Gelsenkirchen.
Pria yang kini tengah membela Werder Bremen tersebut memiliki keunggulan pada kaki kirinya.
Tampil pertama kali membela klub Rot-Weiss Essen, Ozil kemudian mencoba peruntungannya di Schalke tahun 2005 hingga 2008. Kemudian dengan transfer sebesar 4,3 juta Euro, Ozil bermarkas di Werder Bremen hingga kontraknya bersama klub Jerman tersebut habis Juni 2011 mendatang.
Boleh dikatakan kesempatan Ozil mempertontonkan permainan impresifnya, berkat Cidera yang dialami Ballack. Hampir tidak masuk pada skuad timnas Jerman, Ozil saat ini malah menjadi pemain yang diprediksi menjadi “bintang masa depan”.
Kinerjanya ketika Jerman berhasil melibas Inggris 4 – 1, membuat banyak mata terpesona dan menyatakan ingin meminang pemain yang di anggap paling bersinar di antara 11 pemain Jerman.
INGIN KE LIGA PRIMER
Pemain yang dibanderol 15 juta Euro oleh Bremen ini, menyatakan keinginanya untuk bermain di Liga Primer. Sejumlah Klub besar Eropapun mulai mengincar dirinya. Sebut saja Chelsea, Manchester United dan Barcelona yang dikabarkan siap memboyong ‘Messi Jerman’ ini ke Klubnya.
“Saya sudah melihat bagaimana Michael Ballack di Chelsea, dan apa saja yang bisa didapat dengan bermain di klub besar. Hal – hal seperti inilah yang menggoda saya dan berpikir untuk bermain di sana,” ungkap Ozil seperti dikutip harian Inggris The Sun.
Teknik dan sentuhan indah Ozil pada si kulit bundar yang sukar ditebak oleh lawan, merupakan suatu sensasi yang jarang dilihat pada sepakbola modern saat ini.
Pria yang lahir pada 15 oktober, 21 tahun silam ini, tengah terikat pertunangan dengan Anna-Maria Lagerblom, yang merupakan saudara perempuan dari penyanyi Sarah Connor, yang menyatakan ke islamannya pada Juni 2010 mengikuti keyakinan Ozil yang merupakan seorang muslim yang taat. Ozil pernah dipergoki tengah membaca Alqur’an sebelum bertanding di ruang ganti pemain. 
(cw/o)
Posted on 09.22 / 0 komentar / Read More

Jadi Mualaf, Sam Brodie Ganti Nama

Artis internasional Sam Brodie memilih jalan hidupnya dalam menentukan keyakinan dengan menjadi seorang mualaf. Ini dilakukannya karena dorongan spiritualnya untuk mempelajari agama Islam lebih dalam. Selain itu, peran serta dan dorongan sahabatnya Maia Estianty juga menjadi andil dan keinginan kuat Sam mempelajari agama Islam.

"Dasarnya sebenarnya bukan karena apa-apa. Semua ini karena hati aku telah terbuka. Selain itu juga karena pacarku yang memang beragama Islam. Aku memilih menjadi mualaf dengan niat serius, karena ini adalah pilihan keyakinan. Peran serta Bunda Maia memang sangat besar, dua minggu setelah gabung dengan dia, aku menjadi mualaf," ungkap Sam saat berbincang dengan KapanLagi.com™ di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (21/1).

Pria yang mengaku dekat dengan Paris Hilton ini resmi menjadi mualaf sejak 8 Desember 2010 lalu di hadapan Kepala KUA kecamatan Jatih Asih, Bekasi. Saat ini, Sam memang tengah menjalani proses dalam menjalani ibadah yang memang sudah diatur dalam agama Islam.

"Awalnya memang tidak begitu langsung saja ya. Semuanya butuh proses. Saat ini aku memang ikut kelas bareng anak-anak kecil, ikut-ikut sholat. Baca doanya kan juga belum hapal. Belajar sedikit-sedikit nggak langsung tau semua. Kayak anak TK belajar. Kalau aku belajarnya di masjid, kelas mengaji dengan anak kecil di Masjid Attin. Terkadang malu juga, ikut mereka," kata Sam.

Dengan perubahan keyakinannya ini, Sam juga mengubah namanya dengan nama yang lebih islami. Jika dirinya memiliki nama lahir, Samuel Da Bettay, kini setelah masuk Islam dirinya mengganti nama menjadi Muhammad Samuel Da Bettay.

"Untungnya aku punya teman seperti Bunda Maia. Aku ini memang bisa dibilang baru banget. Dapat bimbingan baca Al Quran dari Maia Estianty. Kita juga sering berdebat mengenai sebuah ilmu Al Quran. Setelah ketemu seseorang yang hebat yaitu Maia Estianty, saya mendapatkan banyak ilmu terutama ilmu ikhlas," pungkasnya.  (kpl/adt/boo)

Kapanlagi.com
Posted on 09.05 / 0 komentar / Read More

Sore Hari Di Angkot M26

Seperti biasa bila Jum'at sore aku selalu berkunjung kerumah tanteku di daerah Galaxy, kalimalang. Ini memang selalu kulakukan untuk menghabiskan waktu diakhir pekan, daripada Jomblo di kos - kosan

Setelah berganti beberapa kendaraan umum aku lalu menaiki angkot no 26 jurusan Kampung melayu - Bekasi, didalamnya sudah ada 2 orang anak, yang laki2 berusia 14 tahunan, sedang adiknya yang perempuan berusia sekitar 8 tahun, wajah mereka menunjukkan kesedihan, kelelahan dan kekhawatiran. Aku tertarik untuk memperhatikan apa yang mereka bicarakan.

"Kak, nanti kita tinggal sama Ayah saja nggak usah sama ibu lagi, aku nggak tahan melihat kakak sering dipukuli Ayah tiri kita"

"Iya, kita lihat nanti keadaan Ayah, jangan terlalu berharap dik . ." sang kakak menyahut masih dengan wajah murungnya..Beberapa penumpang naik dan turun sepanjang Kalimalang itu, dengan berbagai macam tingkah polahnya."Kak, . .sudah hampir pasar Sumber Arta, berapa sisa uang kita. ?." sang adik mengingatkan.

"Hanya tinggal 800 rupiah . ."sang kakak menjawab, masih dengan wajah murungnya.

"Berarti kita akan dimarahi lagi . . ." sang adik berkata lesu, sambil memperhatikan jalanan.

"Bagaimana lagi, tinggal itu yang kita punya, nanti kamu lari saja biar aku yang hadapi" sang kakak berkata tanpa menoleh, pandangannya kosong.

Aku mendengarkan pembicaraan mereka dengan hati yang miris, tak lama kemudian kendaraan sampai di pasar Sumber Artha, anak laki - laki itu memberikan sisa uangnya yang tinggal 800 rupiah itu.

Tentu saja sopir angkot marah - marah dan memaki - maki, dengan logat bataknya yang kental. Aku segera membayar kekurangan ongkos kedua anak tersebut, dan cepat - cepat memberikan uang yang ada di tasku yang tak sampai 50 ribu rupiah kepada mereka, aku hanya menyisakan 2 ribu rupiah untuk bayar ongkos angkot ini.

Kedua anak itu memandangku tak mengerti, bahkan tak sempat mengucapkan terima kasih. Namun sempat kulihat sang adik melambaikan tangannya. Tak terasa ada bulir airmata menetes dipipiku, aku menyesal mengapa tidak ada banyak uang ditasku ini, sehingga aku dapat memberikan lebih banyak untuk meringankan beban mereka ?

Aku turun didepan Swalayan Superindo dan terpaksa melanjutkan perjalanan kerumah Tanteku dengan berjalan kaki, entah mengapa aku ingin berjalan kaki, padahal kan bisa saja aku naik becak dan nanti minta ongkos ke Tanteku. Namun hal itu tak kulakukan, sambil berjalan aku merenung dan berpikir tentang kejadian yang baru saja kualami, betapa banyaknya penderitaan di dunia ini.

Aku melihat mobil - mobil mewah berseliweran, dan bila ada yang menghalanginya entah motor atau becak, mereka akan berlomba - lomba membunyikan klaksonnya, memang seolah dunia adalah milik mereka , dalam hati aku bertanya, adakah orang - orang itu mengetahui tentang cerita - cerita sedih disekitarnya ? setidaknya tentang 2 orang anak yang tidak bisa membayar ongkos Angkot sebesar 2.500 rupiah ?.

Malam ini aku masih belum tidur, aku masih mengingat kejadian sore tadi, aku lalu mengambil IPAQ ku dan menuliskannya untuk JOURNAL9, tak terasa air mata kembali menetes dipipiku, aku berdo'a semoga aku menjadi orang yang mampu berbagi dengan sesama.

Lia1985 (www.scalamedia.net)
Posted on 09.07 / 0 komentar / Read More

Bunda, Umar Sayang Bunda

“Bunda, kenapa Allah gak kasih kita hidup enak yah?” tanya seorang anak pada ibunya.

“Mungkin karena Allah amat sayang sama kita,” jawab bundanya dengan santun.

“Begitu ya, bunda?” Anaknya berujar.

“Iya, nak. Allah amat sayang sama kita, Allah gak mau kita terlena sama nikmat dunia,” sambil meneteskan air mata Bundanya berujar pelan.

Sore pun menjelang, bersiaplah Umar kecil untuk pergi ke masjid dekat rumahnya. Mengenakan peci kesayangannya dan kain sarung yang agak kumal. Langkahnya berpacu dengan suara iqamah petang itu.Dari sudut jendela, bundanya tertegun melihat anaknya amat riang mendengar panggilan Allah itu.

“Ayo, nak, bergegas. Jangan sampai kau telat shalat maghrib ini!” teriak bundanya dari balik jendela.

“Iya, Bunda. Assalamu’alaikum. ..” jawab Umar.

Bangga rupanya bunda Umar ini, melihat pelita kecilnya rajin ibadah. Matanya berkaca-kaca saat teringat Ramadhan tahun yang lalu.

“Sayang, andai kau lihat anak kita saat ini, dia lucu sekali,” gumam bunda Umar dalam hati.

Melayang pikiran bunda Umar, mencoba mengingat setahun yang lalu di kamar ini. Selepas ia tunaikan shalat maghrib, diraihnya Mushaf kecil agak kusam lalu air matanya menetes perlahan.

“Sayang, aku rindu saat-saat itu,” lirihnya pelan sebelum membaca Ar-Rahman malam itu.

“Andai kau ada di sini sayang, melihat tingkah Umar yang lucu. Memegang pipinya yang tembem, kau elus rambutnya yang lebat. Akhhh… Betapa nikmat, sayang. Andai Allah berikan kesempatan kita berkumpul kembali, menikmati lantunan suaramu saat kau jadi Imam kami, kau bacakan surat kesukaanmu, kau do’akan kami semua agar kami sehat selalu. Kau berikan tanganmu untuk kukecup tanda baktiku untukmu. Kau elus kepala imut Umar, sayang. Andai kesempatan itu kembali terulang.”

“Bunda, kenapa nangis?” dielusnya pipi putih Bunda oleh Umar.

“Bunda gak apa-apa kok, nak. Bunda cuma kangen sama ayah,” sambil dikecupnya kening Umar yang baru pulang dari masjid.

“Bunda, emang ayah ke mana?” tanya polos Umar.

Sambil menitikan air mata, Bunda pun membelai kepala kecil Umar.

“Ayah udah ketemu sama Allah, nak. Ia tersenyum di sana. Ayah titip pesen kalo Umar harus jaga Bunda. Kau mau, nak?” tanya Bunda sambil mengusap air mata.

“Mau, Bunda. Bunda kesayangan Umar. Umar pastiii jagaa bunda,” sambil tersenyum riang Umar menjawab.

Tawa kecil pun meledak di malam sunyi itu.

“Ayo, nak. Mari kita tidur. Besok pagi-pagi kita temui ayah. Umar harus janji sama ayah bakal jaga Bunda ya?” ajak Bunda.

“Iya, Bunda. Umar janji jaga Bunda,” mata Umar pun seraya tertutup.

“Masya Allah…” teriakku terbangun dari tidur. Tak terasa sudah hampir 3 jam aku tertidur amat pulas. Sesaat tersadar kalau malam ini, aku bermimpi bertemu Umar dan suamiku.

“Allahu akbar…” tak terasa aku kembali meneteskan air mata.

Terkenang semua yang pernah terjadi malam ini, kecelakaan yang merengut kedua belahan jiwa membuatku kembali menitikan air mata.

Masih ingat olehku, bagaimana senyum manis Umar sebelum berangkat shalat ke masjid. Masih ingat olehku, bagaimana suamiku mencium keningku sebelum aku pergi tidur.

“Tuhan… Jaga belahan Jiwaku. Berilah mereka tempat yang lapang, ya Rabb. Kumpulkan mereka sebagai umatmu yang bertakwa. Tuhan… Kumpulkan kami kembali di JannahMu. Aku rindu Umar…” do’aku lirih menutup qiyamul lail malam ini.

Bunda sayang kalian… Tunggu bunda yah! Kita pasti akan bertemu kembali, sayang.

Laa ilaaha illaa annta subhaanaka inni kunntu minazhahaalimin. ..Laa haula walaa quwwata illaa billaahil’aliyyil’ azhim

virouz007.wordpress.com
Posted on 10.28 / 0 komentar / Read More
 
Copyright © 2011. Para Mualaf . All Rights Reserved
Design by Herdiansyah . Published by Borneo Templates