Sore Hari Di Angkot M26

Seperti biasa bila Jum'at sore aku selalu berkunjung kerumah tanteku di daerah Galaxy, kalimalang. Ini memang selalu kulakukan untuk menghabiskan waktu diakhir pekan, daripada Jomblo di kos - kosan

Setelah berganti beberapa kendaraan umum aku lalu menaiki angkot no 26 jurusan Kampung melayu - Bekasi, didalamnya sudah ada 2 orang anak, yang laki2 berusia 14 tahunan, sedang adiknya yang perempuan berusia sekitar 8 tahun, wajah mereka menunjukkan kesedihan, kelelahan dan kekhawatiran. Aku tertarik untuk memperhatikan apa yang mereka bicarakan.

"Kak, nanti kita tinggal sama Ayah saja nggak usah sama ibu lagi, aku nggak tahan melihat kakak sering dipukuli Ayah tiri kita"

"Iya, kita lihat nanti keadaan Ayah, jangan terlalu berharap dik . ." sang kakak menyahut masih dengan wajah murungnya..Beberapa penumpang naik dan turun sepanjang Kalimalang itu, dengan berbagai macam tingkah polahnya."Kak, . .sudah hampir pasar Sumber Arta, berapa sisa uang kita. ?." sang adik mengingatkan.

"Hanya tinggal 800 rupiah . ."sang kakak menjawab, masih dengan wajah murungnya.

"Berarti kita akan dimarahi lagi . . ." sang adik berkata lesu, sambil memperhatikan jalanan.

"Bagaimana lagi, tinggal itu yang kita punya, nanti kamu lari saja biar aku yang hadapi" sang kakak berkata tanpa menoleh, pandangannya kosong.

Aku mendengarkan pembicaraan mereka dengan hati yang miris, tak lama kemudian kendaraan sampai di pasar Sumber Artha, anak laki - laki itu memberikan sisa uangnya yang tinggal 800 rupiah itu.

Tentu saja sopir angkot marah - marah dan memaki - maki, dengan logat bataknya yang kental. Aku segera membayar kekurangan ongkos kedua anak tersebut, dan cepat - cepat memberikan uang yang ada di tasku yang tak sampai 50 ribu rupiah kepada mereka, aku hanya menyisakan 2 ribu rupiah untuk bayar ongkos angkot ini.

Kedua anak itu memandangku tak mengerti, bahkan tak sempat mengucapkan terima kasih. Namun sempat kulihat sang adik melambaikan tangannya. Tak terasa ada bulir airmata menetes dipipiku, aku menyesal mengapa tidak ada banyak uang ditasku ini, sehingga aku dapat memberikan lebih banyak untuk meringankan beban mereka ?

Aku turun didepan Swalayan Superindo dan terpaksa melanjutkan perjalanan kerumah Tanteku dengan berjalan kaki, entah mengapa aku ingin berjalan kaki, padahal kan bisa saja aku naik becak dan nanti minta ongkos ke Tanteku. Namun hal itu tak kulakukan, sambil berjalan aku merenung dan berpikir tentang kejadian yang baru saja kualami, betapa banyaknya penderitaan di dunia ini.

Aku melihat mobil - mobil mewah berseliweran, dan bila ada yang menghalanginya entah motor atau becak, mereka akan berlomba - lomba membunyikan klaksonnya, memang seolah dunia adalah milik mereka , dalam hati aku bertanya, adakah orang - orang itu mengetahui tentang cerita - cerita sedih disekitarnya ? setidaknya tentang 2 orang anak yang tidak bisa membayar ongkos Angkot sebesar 2.500 rupiah ?.

Malam ini aku masih belum tidur, aku masih mengingat kejadian sore tadi, aku lalu mengambil IPAQ ku dan menuliskannya untuk JOURNAL9, tak terasa air mata kembali menetes dipipiku, aku berdo'a semoga aku menjadi orang yang mampu berbagi dengan sesama.

Lia1985 (www.scalamedia.net)
 
Copyright © 2011. Para Mualaf . All Rights Reserved
Design by Herdiansyah . Published by Borneo Templates