tag:blogger.com,1999:blog-75190828103937097272024-02-02T20:45:27.789+07:00Para MualafAndhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comBlogger108125tag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-46669778222859260062011-11-09T11:58:00.002+07:002011-11-09T12:05:03.832+07:00Yudi Mulyana Mantan Pendeta Militan Cirebon<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0qIP5RdJSh0YAxDv_Z2lxb-eRvp9PE8XQNwESMOwv8ebSHHha1oiaxMC_vzmAMTx0zf3KfSXsLfP6Y4Y0sZpRQXTa6CSJ5a7-sblKn1TESb2w71cOEvP-pVut6wBJM6keBykuyKAocyg/s1600/yudimulyana1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi0qIP5RdJSh0YAxDv_Z2lxb-eRvp9PE8XQNwESMOwv8ebSHHha1oiaxMC_vzmAMTx0zf3KfSXsLfP6Y4Y0sZpRQXTa6CSJ5a7-sblKn1TESb2w71cOEvP-pVut6wBJM6keBykuyKAocyg/s200/yudimulyana1.jpg" width="166" /></a></div><div style="text-align: justify;">Sejak memeluk Islam, ia ingin bertemu ketiga anaknya yang dibawa pergi keluarganya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suara azan Subuh menyayat-nyayat hati Yudi Mulyana, pendeta yang juga staf pengajar agama Kristen di sebuah sekolah dasar di Cirebon, pagi itu. Jantungnya berdegup kencang. Ia limbung dan roboh.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">''Saya tak tahu apa yang terjadi dengan diri saya pagi itu,'' ujarnya sambil menceritakan kejadian di pengujung Agustus 2008. Padahal, ia memang terbiasa bangun pagi, berbarengan Subuh. Melakukan doa pagi dan membaca Alkitab adalah aktivitas rutinnya membuka hari.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Namun pagi itu, ia seolah lumpuh. Meski panik, ia mencoba tenang. Yudi membuat banyak asumsi untuk menghibur diri. Namun, tak satu pun mampu menolongnya. Hatinya menjadi tenang setelah membuka saluran televisi menyaksikan acara zikir yang dipimpin oleh Ustaz Arifin Ilham. Ia berkomat-kamit mengikuti zikir yang dibacakan jamaah Arifin di layar televisi. ''Tuhan, apa yang terjadi dengan diri saya,'' tuturnya. Kalimat Thayyibah menenteramkannya hingga ia bisa bangkit dan kembali berjalan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Yudi mencari permakluman bahwa fisiknya terlalu capek. Kuliah S-2 Teologi di sebuah perguruan tinggi di Bandung, sementara dia tinggal di Cirebon, menyita perhatian dan energinya. ''Besok juga sembuh,'' pikirnya kala itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Namun, kendati fisiknya sudah segar, ia kembali mengalami peristiwa yang sama keesokan harinya. Bahkan, setiap kali mendengar suara azan, tubuhnya bergetar. Di waktu lain, hatinya gelisah setiap kali menyentuh Alkitab.Pada pekan yang sama, ia menemui Ustaz Nudzom, putra ketua Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Cirebon. Ia menceritakan pengalamannya. Komentar Nudzom saat itu, ''Anda mendapat hidayah.''Mendengar jawaban itu, hati Yudi berontak. ''Tuhan, saya tak ingin menjadi Muslim,'' ujarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Bersyahadat</b></div><div style="text-align: justify;"><b><br />
</b></div><div style="text-align: justify;">Pengalaman di ujung fajar itu selalu menghantui pikiran Yudi. Ia makin merasa tak nyaman berada di gereja. Anehnya, hatinya menjadi adem saat melintas di depan masjid atau secara diam-diam masuk ke area masjid. Puncaknya, tanggal 7 Agustus 2008 saat sedang mengajar, ia mendengar suara azan seolah berkumandang di telinganya. ''Timbul keinginan yang kuat dari dalam diri saya untuk membaca syahadat,'' ujarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia segera menemui Dra Hj Sri Hayatun, kepala sekolah tempatnya mengajar. Sri keheranan dengan sikap Yudi. Di Cirebon, ia dikenal sebagai guru dan pendeta militan. Sepak terjangnya selama ini membuat ratusan Muslim sukses dimurtadkan (keluar dari Islam). Dia kemudian diantar ke Kantor Departemen Agama Kota Cirebon. Bahkan, salah seorang pejabat di kantor itu menyarankannya untuk pulang dan berpikir sungguh-sungguh. ''Berpindah keyakinan bukan perkara main-main,'' kata pejabat Depag tersebut sebagaimana ditirukan Yudi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Namun, tekadnya sudah bulat. Bahkan, telepon mamanya yang meminta Yudi untuk mengurungkan niatnya, diabaikannya. ''Meski saya menjadi Muslim, saya tetap akan menjadi anak mama,'' jelasnya kepada perempuan yang melahirkannya di ujung telepon.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Maka siang itu, dibimbing oleh KH Mahfud, ia bersyahadat. Dan, berita pendeta menjadi Muslim segera tersebar ke seantero kota. Saat pulang, ia menjumpai rumahnya sudah kosong. Istrinya yang mendengar kabar itu segera mengungsikan diri dan anak-anaknya ke Indramayu. Surat cerai dilayangkan dua bulan kemudian.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Lima Hal</b></div><div style="text-align: justify;"><b><br />
</b></div><div style="text-align: justify;">''Saya melakukan pencarian teologis setelah saya bersyahadat,'' kata Yudi. Ia memulai dengan pertanyaan, Apakah ajaran semua agama sama? Kalau sama, harus jelas di mana persamaannya dan pasti. Kalau ada yang berbeda, juga harus jelas perbedaannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dari hasil penelusurannya, sedikitnya Yudi menemukan ada lima persamaan ajaran agama-agama besar, yaitu harus menyembah Tuhan; mengenal konsep dosa; hidup adalah mencari jalan ke surga; harus berbuat baik; dan ada kehidupan setelah kematian. Setelah diteliti lagi, kata dia, ternyata hanya temanya saja yang sama, tetapi ajaran dan konsepnya berbeda.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">''Saya mulai bertanya, jadi Tuhan itu satu atau banyak?'' ujarnya. Maka, ia mempersempit persoalan, hanya tentang konsep keesaan Tuhan dan soal pengampunan dosa. Ajaran Islam dan Kristen tentang kedua hal itu pun dipersandingkan.Dalam Kristen, Adam dan Hawa yang terusir dari surga meninggalkan dosa warisan bagi anak cucunya. ''Berarti proses pengampunan Tuhan tidak tuntas,'' ujarnya. Padahal, Tuhan tentulah bukan pendendam seperti sifat makhluk-Nya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div>Dalam Islam, ia menemukan hal yang beda. Manusia terlahir dalam kondisi fitrah. Dia menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.Ia juga dibuat terkagum-kagum dengan asmaul husna . ''Tuhan itu satu, tapi Dia mempunyai 99 nama yang melambangkan sifat-Nya,'' ujarnya.'Perilaku Tuhan' dalam Islam, kata dia, melambangkan nama-nama itu. '' Kenapa Allah menghukum, karena dia mempunyai sifat Adil. Namun, Dia juga pemaaf Ghafurjuga rahman dan rahim,'' tambahnya.Ia makin yakin dengan pilihannya. ''Hanya Islam yang konsep ketuhanannya bisa dipahami secara rasional,'' ujarnya.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;"><b>Giat berdakwah</b></div><div style="text-align: justify;"><b><br />
</b></div><div style="text-align: justify;">Kini, hari-hari Yudi Mulyana diwarnai dengan berbagai kesibukan dakwah. Dia memberi testimoni dalam dakwahnya ke berbagai kota di Indonesia. Saat Republika menemuinya di Jakarta, Yudi baru beberapa hari pulang umrah. Sebelumnya, ia selama seminggu berada di Provinsi Riau.''Saya ingin menebus dosa-dosa saya telah memurtadkan sekian banyak orang dengan menjadi pendakwah,'' ujarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia menyebarkan pesan-pesan Islam kepada siapa saja yang ditemuinya. ''Saya selalu bilang, Anda semua beruntung menjadi Muslim sejak awal. Islam itu agama agung yang ajarannya sangat masuk akal.''Dia mencontohkan dirinya, yang harus kehilangan keluarga karena pilihannya menjadi Muslim. Bukan perkara mudah, karena selama lebih dari 10 tahun perkawinannya, tak pernah ada gejolak dalam rumah tangganya. ''Kami keluarga yang hangat,'' ujarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Yudi selalu berkaca-kaca kalau menceritakan anak-anaknya. Dia dan anak-anaknya kini dipisahkan. Meski kini dia telah memiliki keluarga baruia menikah dengan seorang Muslimah asal Cirebonkerinduan pada buah hatinya tak pernah pupus.Ada satu mimpinya, Yudi ingin menjadi imam shalat bagi ketiga buah hatinya. ''Saya ingin sekali ketemu mereka dalam Islam,'' ujarnya terbata-bata.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Mengkristenkan Orang dalam 1,5 Jam</b></div><div style="text-align: justify;"><b><br />
</b></div><div style="text-align: justify;">Yudi Mulyana termenung sejenak ketika ditanya orang Islam yang berhasil dimurtadkannya. ''Sudah tak terhitung jumlahnya,'' jelasnya. Apalagi, mereka yang berhasil dimurtadkan itu biasanya juga aktif melakukan pemurtadan terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Sebelum menempuh pendidikan S-2, aku Yudi, metode yang dikembangkan untuk memurtadkan orang masih menggunakan metode konvensional. ''Bersahabat, membantu, lalu diajak masuk Kristen. Itu cara yang sudah sangat kuno,'' ujarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia dan rekan-rekannya kemudian mengembangkan sistem baru untuk menarik jamaah. Caranya adalah dengan 'masuk' ke alam pikiran orang yang bersangkutan, mengguncangkan keimanannya, dan mengajaknya kepada cahaya, agama baru yang dibawanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Secara khusus, Yudi mendalami dan mengembangkan teori untuk menarik remaja dan anak-anak berpindah keyakinan. Untuk anak SD, misalnya, ada metode yang disebutnya 'Buku Tanpa Kata'. Dalam buku itu, hanya ada lima warna yang menyimbolkan keyakinan. Sampai di satu titik, sang anak akan dibimbing pada satu warna yang merujuk pada agama yang ditawarkannya. Dan, hanya dalam waktu singkat, ia berhasil memurtadkan anak-anak itu. ''Hanya dalam 1,5 jam saja, mereka sudah siap untuk meninggalkan agama lamanya,'' jelasnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bersama komunitasnya, Yudi aktif mengembangkan metode-metode baru Kristenisasi. Motode ini lahir dari beragam praktik yang dilakukan di lapangan. ''Secara berkala kami berkumpul untuk melakukan evaluasi.''Demi mengemban misi 'menggarap' anak-anak pula, Yudi rela untuk menjadi pegawai negeri dan mengajar di sekolah dasar. ''Sungguh, awalnya saya stres mengajar anak-anak. Biasanya saya mengajar mahasiswa dan para misionaris dewasa,'' tambahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Namun, Yudi dinilai sukses mengemban misi itu. Anak-anak yang berhasil dimurtadkannya, disiapkan untuk menjadi misionaris kecil. Biasanya, begitu masuk kelas 4 SD, mereka diberi materi-materi dasar. ''Begitu mereka kelas 5 dan 6 SD, mereka mulai militan. Mereka sudah bisa menarik teman-teman sebayanya untuk pindah agama,'' jelasnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia saat itu meyakini, tugas menyebarkan agama bukan hanya tugas rohaniawan, tapi juga seluruh jamaah. ''Jadi, yang awam pun harus dimobilisasi untuk menjadi penyebar agama,'' jelasnya.Dasar pemikirannya, kata Yudi, sederhana saja, yaitu bahwa seekor domba itu hanya akan lahir dari domba juga, bukan gajah atau yang lain. ''Jadi, yang bisa mengajak seseorang kepada iman yang kami yakini saat itu, ya orang dari komunitas itu,'' katanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Maka, selain anak-anak SD, ia juga mengader tukang becak, buruh pabrik, hingga karyawan. ''Merekalah yang nantinya akan menjadi penyeru di lingkungan mereka,'' tambahnya.Ia juga menemukan sendiri metode yang disebutnya 'aliran hidayah'. Intinya, setiap hari ia mewajibkan dirinya untuk bercerita tentang ajaran agamanya saat itu. Perkara orang yang diajak bercerita itu berpindah agama atau tidak, biarkan hidayah yang bicara. ''Dalam satu hari, saya harus menyiarkan syalom minimal pada satu orang,'' ujarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Setiap Muslim itu dai</b></div><div style="text-align: justify;"><b><br />
</b></div><div style="text-align: justify;">Kini, setelah menjadi Muslim, metode yang ditemukannya itu pun digunakannya. Dalam sehari, minimal ia berdakwah pada satu orang. ''Kata ajaran agama kita, sampaikan walau hanya satu ayat,'' ujarnya mengutip hadis Nabi SAW.Menurutnya, tak harus menjadi dai untuk bisa mendakwahkan Islam. Setiap Muslim, kata dia, bisa menjadi penyeru (dai). ''Setiap Muslim adalah misionaris bagi agamanya,'' ujarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ia mengkritik lemahnya umat Islam dalam soal ini. Semestinya, setiap Muslim menjadi public relation bagi agamanya, karena sesungguhnya hanya Islam-lah agama yang konsep ketuhanannya bisa dipertanggungjawabkan, bahkan secara rasional. ''Jangan hanya karena yang lain dan dengan alasan menegakkan toleransi, mereka justru mendangkalkan akidahnya sendiri,'' ujarnya.</div></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">www.mualaf.com</div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-53896710255979013812011-11-09T11:37:00.001+07:002011-11-09T11:38:43.640+07:00Pemain Asing Indonesia Jadi Mualaf<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: justify;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvCQUSj07LPzX6BG5jANcqlPSUpmhpJ91mCxYRU7yJc2-PBL1sTD425cMqwBQoYZF9pmSWAkwwyiiObnDmljbcKUrChEsaV136qa2W4N5kGLXwxFdkT07GE6uW3rOQ0_Zta6lcb0-We4k/s1600/38176_1540628201935_1421844015_31444681_6116923_n.jpg" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvCQUSj07LPzX6BG5jANcqlPSUpmhpJ91mCxYRU7yJc2-PBL1sTD425cMqwBQoYZF9pmSWAkwwyiiObnDmljbcKUrChEsaV136qa2W4N5kGLXwxFdkT07GE6uW3rOQ0_Zta6lcb0-We4k/s200/38176_1540628201935_1421844015_31444681_6116923_n.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Christian Gonsalez</td></tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;">Ada sebuah pertanyaan menggelitik yang diajukan kru Sabili saat saya diwawancara tahun 2010 lalu. Kurang lebih pertanyaannya begini, “Kalo pemain muslim nasional ada gak yang kayak pemain internasional, berdakwah di tengah aktivitas persepakbolaannya?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Menurutku sih banyak dong. Coba aja perhatiin, pemain asing yang sudah lama beredar di Indonesia banyak yang jadi mualaf. Salah satunya Cristian Gonzales, pemain naturalisasi Indonesia asal Uruguay yang menjadi aktor penting timnas Indonesia di Piala AFF 2010. Tentunya mereka jadi mualaf setelah melihat aktivitas kawan-kawannya yang mayoritas Muslim.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6l6UG7hKlb_NdgKGdA2pzpAwHWgjk-zxzoQlVhC-q-ZRJKlG2Q_u3NJ0rHiChVPF10TtZmTOAMzoOF8gQcaC9DK2uZpkoCjgm9-Q-OZGsFr9mb_Sc8FxHg-fKd6ypfvswrXe5p_MH0Vc/s1600/Danilo.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6l6UG7hKlb_NdgKGdA2pzpAwHWgjk-zxzoQlVhC-q-ZRJKlG2Q_u3NJ0rHiChVPF10TtZmTOAMzoOF8gQcaC9DK2uZpkoCjgm9-Q-OZGsFr9mb_Sc8FxHg-fKd6ypfvswrXe5p_MH0Vc/s200/Danilo.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Danilo Fernando</td></tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;">Gonzales banyak belajar Islam dari istrinya, Eva Nurida Siregar. Gonzales dan Eva bertemu di Cili dan menikah pada tahun 1995. Saat itu Gonzales masih beragama Katholik dan istrinya beragama Islam.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjy5xAukCHzk5cTqlKritMayRuVxkllMitG3fh01AAphAyTCslxEkv7bR5AFsvpEV0r_nUAWAfoTZAYO4k7NeYV5E6e-TH7uVRnuw6sveeI7h9LFxjw2Sm06zfG7mxuKFBfvGpuZI1PbBM/s1600/iurii.jpg" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjy5xAukCHzk5cTqlKritMayRuVxkllMitG3fh01AAphAyTCslxEkv7bR5AFsvpEV0r_nUAWAfoTZAYO4k7NeYV5E6e-TH7uVRnuw6sveeI7h9LFxjw2Sm06zfG7mxuKFBfvGpuZI1PbBM/s200/iurii.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Arcan Iurii</span></td></tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;">Kepindahan Gonzales tahun 2003 ke klub Indonesia PSM Makassar menjadi pintu hidayah bagi Gonzales. Ia banyak belajar dari masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim. Tanggal 9 Oktober 2003 Christian Gonzales memutuskan untuk masuk Islam atas dasar kemauan sendiri dengan disaksikan oleh ustadz Mustafa di Mesjid Agung al Akbar Surabaya. Christian Gerard Alfaro Gonzales kemudian diberi nama Mustafa Habibi. Nama Mustafa diambil dari guru spiritualnya, ustadz Mustafa sedangkan Habibi (cintaku) diambil karena rasa cinta sang istri amat besar kepada Christian Gonzales.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLrn7e1I7HCbWhT17C2M_gK4tRhTurWsVqc7tn9lMT1tiuvSv8QBw5A3l5uCg3TjUV55avK2nhYd5QXEUs2Lq8P4vWKXNApIxDg3dpQfDDalBgi3J5o_N3JoRLHUpM6Vka3xuU4PFQrU0/s1600/patricio+jimenez+1.jpg" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLrn7e1I7HCbWhT17C2M_gK4tRhTurWsVqc7tn9lMT1tiuvSv8QBw5A3l5uCg3TjUV55avK2nhYd5QXEUs2Lq8P4vWKXNApIxDg3dpQfDDalBgi3J5o_N3JoRLHUpM6Vka3xuU4PFQrU0/s200/patricio+jimenez+1.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Patricio Jimenez</span></td></tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;">Islam memiliki kesan tersendiri bagi Gonzales “Karena di dalam Islam setiap ada sesuatu ada ucapan doanya seperti ketika masuk rumah mengucapkan assalamualaikum, ketika mau melakukan sesuatu diawali dengan basmalah, dan setiap melangkah dalam Islam selalu aja ada bacaan. Dan ini menjadi hati saya merasa tenang” Ungkap Eva mengutip ucapan Gonzales.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQFdm1YUnpUTu0X2OF5oWcIjE7w1QLrD_RQGM0oqq5KVyDQTGBbpG9V2N6r7ugpSPaGP8X-vTh0iiCEUpSLvw5CYEOYg1SAqFsgcNk96xYCVSfr1XrlCIvq_JKGAjaw2s5wJDZj_FyYPM/s1600/Javier-Rocha.jpg" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQFdm1YUnpUTu0X2OF5oWcIjE7w1QLrD_RQGM0oqq5KVyDQTGBbpG9V2N6r7ugpSPaGP8X-vTh0iiCEUpSLvw5CYEOYg1SAqFsgcNk96xYCVSfr1XrlCIvq_JKGAjaw2s5wJDZj_FyYPM/s1600/Javier-Rocha.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Javier Rocha</span></td></tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;">Mantan rekan setim Gonzales di Persik Kediri, Danilo Fernando juga memutuskan menjadi mualaf tak lama setelah merumpt di Indonesia. Begitu pun dengan pelatih nyentrik asal Moldova, Arcan Iurii.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di kesebelasan lain ada pemain asal Brasil, Antonio Claudio (Persibom, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara), pemain asal Cile, Patricio Jimenez (Semarang United), dan Javier Rocha (Batavia Union). Keputusan mereka menjadi mualaf umumnya didorong keinginan sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak mana pun.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMyP3yed1tEuP_SkHbOKq270BH1Hw26-VwFP8FoJjpoWpXIv0zwUBI0r5ljOV3jfpRIZ7501gdLeFCp4YFKJU4xEyOXw0INtfwTLC9AC0FhRkWeKR8js8JgyxpiaTt9SVZ7caIFamIZt4/s1600/claudio.jpg" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMyP3yed1tEuP_SkHbOKq270BH1Hw26-VwFP8FoJjpoWpXIv0zwUBI0r5ljOV3jfpRIZ7501gdLeFCp4YFKJU4xEyOXw0INtfwTLC9AC0FhRkWeKR8js8JgyxpiaTt9SVZ7caIFamIZt4/s200/claudio.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Antonio Claudio</span></td></tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;">''Tidak ada orang yang memaksa saya masuk Islam. Saya menjadi mualaf murni karena keinginan saya sendiri,'' ujar Danilo. Hal yang sama diakui Iurie. "Sebelumnya, aku lahir dan besar sebagai penganut Kristen Ortodoks. Kini aku serius menjadi pemeluk agama Islam. Pilihan ini bukan sekadar main-main," ucap Iurie.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sedangkan striker Delras Sidoarjo, Marcio Souza mengatakan dia sudah lama tertarik untuk memeluk Islam. Karena selama empat tahun dia bermain di Indonesia yang merupakan negara Islam terbesar di dunia, juga ikut memengaruhinya. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtSMmT-iZYKREEaEcovH6GTdXO6nMb2xJvlEsiu1BPGuEJ7zscGah-S1R0u9vDzvlqInXxPIkdItllJ5GaMOGiKmma67abNDjYvNw6-dt-ZrGZoaqHDg97VyaJl9K6Bu35tebvrSAaHo4/s1600/zouza1.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="183" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtSMmT-iZYKREEaEcovH6GTdXO6nMb2xJvlEsiu1BPGuEJ7zscGah-S1R0u9vDzvlqInXxPIkdItllJ5GaMOGiKmma67abNDjYvNw6-dt-ZrGZoaqHDg97VyaJl9K6Bu35tebvrSAaHo4/s200/zouza1.jpeg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: small;">Marcio Souza</span></td></tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;">“Saya senang dan tertarik melihat kawan-kawan lain, selalu taat dan rutin beribadah kalau pas tiba waktunya shalat. Bahkan dalam perjalanan away, di tengah perjalanan sekali pun kawan-kawan tak lupa beribadah. Mereka seperti menemukan kedamaian saat beribadah,” katanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Subhanallah, hidayah memang bisa datang dari mana pun, termasuk dari lapangan hijau.</div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-30678522064473003952011-11-09T10:56:00.000+07:002011-11-09T10:56:51.390+07:00Marcio Souza Resmi Mualaf (Striker Semen Padang)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiN6cKTbi0al8s07R8-xtUKOiNMmCgP1s0Fi1-Rq07lg1puDRk1TzEzSKSpVmtJ63Sd0ludw5OVPOdiikAbWPRvQN5HWx5bKSTkppHYNF0AXjczeL7XWIwP4LPc0Pc4Y72sIPSyzYp5v6Q/s1600/zouza.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiN6cKTbi0al8s07R8-xtUKOiNMmCgP1s0Fi1-Rq07lg1puDRk1TzEzSKSpVmtJ63Sd0ludw5OVPOdiikAbWPRvQN5HWx5bKSTkppHYNF0AXjczeL7XWIwP4LPc0Pc4Y72sIPSyzYp5v6Q/s200/zouza.jpg" width="160" /></a></div><div style="text-align: justify;">Striker andalan Semen Padang asal Brasil Marcio Souza da Silva, resmi memeluk agama Islam. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian, Marcio menyusul rekannya sesama pemain sepakbola asal Brasil, Antonio Claudio, yang sudah lebih dulu menjadi seorang muslim.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Prosesi beralihnya keyakinan striker yang sudah menyumbang 10 gol untuk SP di kompetisi divisi utama musim ini, berlangsung pada Senin (28/3) diMesjid Nurul Iman Kota Padang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pengucapan kalimat Tauhid Dua Kalimah Syahadat oleh Marcio yang dipandu Ketua MUI Kota Padang Buya Syamsul Bahri Khatib, dihadiri pengurus serta jamaah mesjid terbesar kota Padang itu, bisa dilafazkan dengan tenang dan lancar oleh Marcio.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah dinyatakan sah menjadi Muslim, mantan striker Persela Lamongan yang didampingi rekan-rekan satu timnya, tim pelatih dan beberapa pengurus SP, resmi mengganti namanya menjadi Ahmad Marcio.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ketika ditanya alasannya memeluk Islam, Marcio mengatakan, dia sudah lama tertarik untuk memeluk Islam. Karena selama empat tahun dia bermain di Indonesia yang merupakan negara Islam terbesar di dunia, juga ikut memengaruhinya."Saya senang dan tertarik melihat kawan-kawan lain, selalu taat dan rutin beribadah kalau pas tiba waktunya shalat. Bahkan dalam perjalanan away, di tengah perjalanan sekali pun kawan-kawan tak lupa beribadah. Mereka seperti menemukan kedamaian saat beribadah,"katanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Menurutnya, hal itu juga semakin memperkuat keyakinannya untuk beralih menjadi seorang muslim. semuanya murni datang dari dirinya, tanpa ada paksaan dari siapa pun. (*gcik).</div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-71143001241145092222011-11-09T10:43:00.000+07:002011-11-09T10:43:03.976+07:00Christian Lenglolo Jadi Mualaf (Pemain Asing Liga Indonesia)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnR1Mw0In6ukbJevhMD81ZVrC4lJhV3SlDFVLvgm70SyEudTcqf258__5rvsuoxHDZiISOJqstnwLz0WwP_aKdOWOuiUmhUuF7vsaHc6L-DCyg4ZuVFR3_J_n2WsmuMcXqeA7SVb22XOE/s1600/lenglolo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="132" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnR1Mw0In6ukbJevhMD81ZVrC4lJhV3SlDFVLvgm70SyEudTcqf258__5rvsuoxHDZiISOJqstnwLz0WwP_aKdOWOuiUmhUuF7vsaHc6L-DCyg4ZuVFR3_J_n2WsmuMcXqeA7SVb22XOE/s200/lenglolo.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;">JARAK tidak jadi penghalang tali kasih antara Christian Lenglolo dan Febi Agnes Miranda. Meski kini bermain di Persema Malang, eks punggawa Sriwijaya Football Club (SFC) Palembang itu akan segera menikahi wong kito (sebutan untuk orang asli Palembang). Untuk memuluskan rencana tersebut, kemarin (28/12) dia masuk menjadi pemeluk Islam (mualaf).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lenglolo dengan fasih melafalkan dua kalimat syahadat di bawah bimbingan langsung KH M. Zen Syukri. Upacara itu dilakukan di Masjid Nurul Hidayah, Cinde. Tak terlihat seorang pun rekan Lenglolo ketika masih bersama di SFC. Yang ada hanya Febi beserta keluarga dan jamaah masjid yang sebelumnya mengadakan zikir Tahun Baru 1 Muharam 1430 H.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lenglolo yang ketika itu mengenakan pakaian muslim warna putih sembari tertatih-tatih langsung bergegas keluar masjid setelah jadi mualaf. Dia tidak bersedia memberikan komentar soal keputusannya untuk masuk Islam. "No, no. Tidak ada wawancara," ujarnya singkat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sikapnya itu berbeda dengan Febi. Wanita kelahiran Palembang, 7 Agustus 1988 tersebut dengan suara terbata-bata banyak mengucap syukur atas keputusan kekasihnya itu. "Alhamdulillah, saya merasa begitu bersyukur sekali. Pastinya, hal ini merupakan anugerah yang tak ternilai harganya dalam hidup saya dan dia (Lenglolo, Red)," kata mantan penyiar radio swasta tersebut. (smk/jpnn/ang)</div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-37645447171355188962011-11-09T10:20:00.000+07:002011-11-09T10:20:44.813+07:00Menemukan Cahaya Islam Saat Mengejar Cita-Cita Jadi Pendeta<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxyilnRzxaG6KX5oP7FA7nJTxSfLZs1spxmbIeN7zm76JeS0Yb1oVunOkAwXTDNM7pClvLwn6LWU4rSMxzipWSifV9rb36sBoOZo_FvGkXHlJLkU5LODUJ7j7lg1kpdcEQfqDeZ8FaNTc/s1600/jamilah1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxyilnRzxaG6KX5oP7FA7nJTxSfLZs1spxmbIeN7zm76JeS0Yb1oVunOkAwXTDNM7pClvLwn6LWU4rSMxzipWSifV9rb36sBoOZo_FvGkXHlJLkU5LODUJ7j7lg1kpdcEQfqDeZ8FaNTc/s200/jamilah1.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;">Jamilah Kolocotronis, melalui jalan berliku untuk sampai menjadi seorang Muslim. Uniknya, ia mendapatkan hidayah dari Allah swt mengikrarkan dua kalimat syahadat, justeru saat ia menempuh pendidikan demi mewujudukan cita-citanya menjadi seorang pendeta agama Kristen Lutheran yang dianutnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Kisah Jamilah berawal pada tahun 1976. Meski kuliah di sebuah universitas negeri, ia masih memendam keinginan untuk menjadi pendeta. Jamilah lalu mendatangi seorang pastor di sebuah gereja Lutheran dan menyampaikan keinginannya untuk membantu apa saja di gereja. Pastor itu kemudian meminta Jamilah untuk mewakilinya di acara piknik untuk para mahasiswa baru dari negara lain. Dalam acara ini, untuk pertamakalinya Jamilah bertemu dengan seorang Muslim.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Muslim itu bernama Abdul Mun’im dari Thailand. “Ia punya senyum yang manis dan sangat sopan. Saat kami berbincang-bincang, ia seringkali menyebut kata Allah,” kata Jamilah.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Jamilah mengaku agak aneh mendengar Mun’im menyebut nama Tuhan, karena sejak kecil ia diajarkan bahwa orang di luar penganut Kristen akan masuk neraka. Saat itu, Jamilah merasa bahwa Mun’im adalah golongan orang yang akan masuk neraka, meski Mun’im percaya pada Tuhan dan berperilaku baik. Jamilah bertekad untuk bisa mengkristenkan Mun’im.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Jamilah pun mengundang Mun’im datang ke gereja. Tapi betapa malu hatinya Jamilah ketika melihat Mun’im datang ke gereja dengan membawa al-Quran. Usai kebaktian, Jamilah dan Mun’im berbincang tentang Islam dan al-Quran. Selama ini, Jamilah hanya mendengar istilah “Muslim” dan memahaminya dengan hal-hal yang negatif. Kala itu, sejak era tahun 1960-an warga kulit putih di AS meyakini bahwa warga Muslim kulit hitam ingin menyingkirkan warga kulit putih.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Selama dua tahun, Jamilah tetap melakukan kontak dengan Mun’im. Lewat aktivitasnya di sebuah Klub International, Jamilah juga bertemu dengan beberapa Muslim lainnya. Jamilah tetap berusaha melakukan kegiatan misionarisnya untuk memurtadkan mereka dan masih punya keinginan kuat untuk menjadi pendeta meski waktu itu, di era tahun ’70-an gereja-gereja belum bisa menerima perempuan di sekolah seminari.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Waktu terus berjalan, kebijakan pun berubah. Setelah menyelesaikan studinya di universitas, sebuah seminari Lutheran mau menerimanya sebagai siswa. Jamilah pun langsung mengemasi barang-barangnya dan pergi ke Chicago untuk memulai pelatihan menjadi pendeta.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Tapi, cuma satu semester Jamilah merasakan semangat belajarnya di seminari itu. Jamilah sangat kecewa dengan kenyataan bahwa seminari itu tidak lebih sebagai tempat untuk bersosialisasi dimana pesta-pesta digelar dan minum-minuman keras sudah menjadi hal yang biasa. Jamilah makin kecewa ketika seorang profesor mengatakan bahwa para cendikiawan Kristen mengakui bahwa Alkitan bukan kitab suci yang sempurna, tapi sebagai pendeta mereka tidak boleh mengungkapkan hal itu pada para jamaah gereja. Ketika Jamilah bertanya mengapa, jawabannya tidak memuaskan dan ia diminta menerima saja keyakinan itu.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Jamilah akhirnya memutuskan meninggalkan seminari dan pulang ke rumah. Ia memutuskan untuk lebih meluangkan waktu untuk mencari kebenaran. Di tengah pencariannya itu, Jamilah diterima kerja sebagai sekretaris di daerah pinggiran St. Louis tak jauh dari rumahnya.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><b>Mencari Kesalahan al-Quran</b></div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Suatu hari Jamilah masuk ke sebuah toko buku dan menemukan al-Quran di toko buku itu. Jamilah tertarik untuk membelinya karena ia ingin mencari kelemahan dalam al-Quran. Jamilah berpikir, sebagai orang yang bergelar sarjana di bidang filosofi dan agama serta pernah mengenyam pendidikan di seminari, pastilah mudah baginya menemukan kelemahan-kelemahan al-Quran sehingga ia bisa mempengaruhi teman-teman Muslimnya bahwa mereka salah.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“Saya baca al-Quran dan mencari kesalahan serta ketidakkonsistenan dalam al-Quran. Tapi saya sama sekali tak menemukannya. Saya malah terkesan saat membaca Surat Al-An’am ayat 73. Untuk pertama kalinya saya ingin mengetahui lebih banyak tentang Islam,” ujar Jamilah.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Jamilah memutuskan untuk kembali ke universitasnya dulu dan mengambil gelar master di bidang filosofi dan agama. Pada saat yang sama, selain mengunjungi kebaktian di gereja, Jamilah juga datang ke masjid pada saat salat Jumat. Saat itu, Jamilah mengaku belum siap menjadi seorang Muslim. Masih banyak ganjalan pertanyaan memenuhi kepalanya.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Namun Jamilah tetap melanjutkan pencariannya tentang agama. Ia banyak mendapat penjelasan dari teman-temannya di universitas yang Muslim tentang berbagai keyakinan dalam Kristen yang selama ini ketahui. Selain mempelajari Islam, Jamilah juga mempelajari agama Budha. “Saya cuma ingin menemukan kebenaran,” kata Jamilah.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;"><b>Mengucap Dua Kalimat Syahadat</b></div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Seiring berjalannya waktu, Jamilah merasakan kecenderungannya pada Islam pada musim panas 1980. Satu hal yang masih mengganggu pikirannya ketika itu adalah mengapa orang Islam harus berwudhu sebelum salat. Ia menganggap itu tidak logis karena manusia seharusnya bisa mengakses dirinya pada Tuhan kapan saja. Namun pertanyaan yang mengganggu itu akhirnya terjawab dan Jamilah bisa menerima jawabannya.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Akhirnya, malam itu Jamilah membulatkan tekadnya untuk menerima Islam sebagai agamanya. Ia pergi ke sebuah masjid kecil dekat universitas. Kala itu, malam ke-9 di bulan Ramadhan, Jamilah mengucapkan dua kalimat syahadat disaksikan oleh sejumlah pengunjung masjid.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">“Butuh beberapa hari untuk beradaptasi, tapi saya merasakan kedamaian. Saya sudah melakukan pencarian begitu lama dan sekarang saya merasa menemukan tempat yang damai,” tukas Jamilah.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="font-family: inherit;"><div style="text-align: justify;">Setelah menjadi seorang Muslim, awalnya Jamilah menyembunyikan keislamannya dari teman-teman di kampus bahkan keluarganya. Menceritakan pada keluarganya bahwa ia sudah menjadi seorang Muslim bukan persoalan gampang buat Jamilah. Begitupula ketika ia ingin mengenakan jilbab. Tapi jalan berliku dan berat itu berhasil dilaluinya. Kini, Jamilah sudah berjilbab, ia tidak jadi pendeta tapi sekarang ia menjadi kepala sekolah di Salam School, Milwaukee. Di tengah kesibukannya mengurus enam puteranya, Jamilah mengajar paruh waktu dan menulis novel bertema Muslim Amerika. (eramuslim)</div></span>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-51751152954700059472011-11-09T10:02:00.000+07:002011-11-09T10:02:33.811+07:00Sang Pencetus Larangan Masjid Di Swiss Itu Kini Masuk Islam<div style="text-align: justify;">Daniel Streich, politikus Swiss, yang tenar karena kampanye menentang pendirian masjid di negaranya, tanpa diduga-duga, memeluk Islam.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDqPKV3rSLD2xcTrgWSkfCB2gydNMLrgamQj7LjzeuftNiVjbH16DtpKoDbppel1FJuBmmJConED0-96d8zgTrK6kYQIsSkjHBvwj5r8rSkS6GsA3ZafTzqYp7oAUoQhOKHlPPA72ru_0/s1600/daniel-streich-militarinstruktor.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDqPKV3rSLD2xcTrgWSkfCB2gydNMLrgamQj7LjzeuftNiVjbH16DtpKoDbppel1FJuBmmJConED0-96d8zgTrK6kYQIsSkjHBvwj5r8rSkS6GsA3ZafTzqYp7oAUoQhOKHlPPA72ru_0/s200/daniel-streich-militarinstruktor.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;">Streich merupakan seorang politikus terkenal, dan ia adalah orang pertama yang meluncurkan perihal larangan kubah masjid, dan bahkan mempunyai ide untuk menutup masjid-masjid di Swiss. Ia berasal dari Partai Rakyat Swiss (SVP). Deklarasi konversi Streich ke Islam membuat heboh Swiss.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Streich mempropagandakan anti-gerakan Islam begitu meluas ke seantero negeri. Ia menaburkan benih-benih kemarahan dan cemoohan bagi umat Islam di Negara itu, dan membuka jalan bagi opini publik terhadap mimbar dan kubah masjid.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tapi sekarang Streich telah menjadi seorang pemeluk Islam. Tanpa diduganya sama sekali, pemikiran anti-Islam yang akhirnya membawanya begitu dekat dengan agama ini. Streich bahkan sekarang mempunyai keinginan untuk membangun masjid yang paling indah di Eropa di Swiss.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Yang paling menarik dalam hal ini adalah bahwa pada saat ini ada empat masjid di Swiss dan Streich ingin membuat masjid yang kelima. Ia mengakui ingin mencari “pengampunan dosanya” yang telah meracuni Islam. Sekarang adalah fakta bahwa larangan kubah masjid telah memperoleh status hukum.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Abdul Majid Aldai, presiden OPI, sebuah LSM, bekerja untuk kesejahteraan Muslim, mengatakan bahwa orang Eropa sebenarnya memiliki keinginan yang besar untuk mengetahui tentang Islam. Beberapa dari mereka ingin tahu tentang hubungan antara Islam dan terorisme; sama halnya dengan Streich. Ceritanya, ternyata selama konfrontasi, Streich mempelajari Alquran dan mulai memahami Islam.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Streich adalah seorang anggota penting Partai Rakyat Swiss (SVP). Ia mempunyai posisi penting dan pengaruhnya menentukan kebijakan partai. Selain petisinya tentang kubah masjid itu, ia juga pernah memenangkan militer di Swiss Army karena popularitasnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lahir di sebuah keluarga Kristen, Streich melakukan studi komprehensif Islam semata-mata untuk memfitnah Islam, tapi ajaran Islam memiliki dampak yang mendalam pada dirinya. Akhirnya ia malah antipati terhadap pemikirannya sendiri dan dari kegiatan politiknya, dan dia memeluk Islam. Streich sendiri kemdian disebut oleh SVO sebagai setan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dulu, ia mengatakan bahwa ia sering meluangkan waktu membaca Alkitab dan sering pergi ke gereja, tapi sekarang ia membaca Alquran dan melakukan salat lima waktu setiap hari. Dia membatalkan keanggotaannya di partai dan membuat pernyataan publik tentang ia masuk Islam. Streich mengatakan bahwa ia telah menemukan kebenaran hidup dalam Islam, yang tidak dapat ia temukan dalam agama sebelumnya. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">(eramuslim)</div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-37279556319548772062011-11-09T09:22:00.003+07:002011-11-09T09:34:06.449+07:00Mesut Ozil, Baca Alqur`an Sebelum Tanding<div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7Rw82WJO-p-m92iudVKozaMnuxkX8ooFiUsfr3BcRGxMivwGTi_o9QCxcpg50AAr4fuMbNCdC2dZ3v1D4FXqPiz_RwS6_mSoVaJJxGQOAG1m4AsUZY5BhYKakxp-LzIUJD1HDmNqbD8o/s1600/ozil.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7Rw82WJO-p-m92iudVKozaMnuxkX8ooFiUsfr3BcRGxMivwGTi_o9QCxcpg50AAr4fuMbNCdC2dZ3v1D4FXqPiz_RwS6_mSoVaJJxGQOAG1m4AsUZY5BhYKakxp-LzIUJD1HDmNqbD8o/s200/ozil.jpg" width="140" /></a></div>KILAU tim Jerman pada Piala Dunia 2010 tak lepas dari aksi para pemain naturalisasi yang berasal dari keluarga imigran. Mesut Ozil, pemain bernomor punggung 8, adalah salah satu di antaranya. Pria kelahiran Jerman berusia 21 tahun ini berasal dari keluarga imigran asal Kota Zonguldak di Utara Turki. Ia memiliki kemahiran dan improvisasi tinggi di tengah lapangan.</div><div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Kepiawaiannya itu membuat Jerman tak perlu khawatir dalam penguasaan lapangan tengah. Tidak hanya Ozil, bahkan kakaknya, Mutlu juga merupakan seorang pemain sepak bola yang tampil untuk klub Heßler 06 di Gelsenkirchen.</div><div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Pria yang kini tengah membela Werder Bremen tersebut memiliki keunggulan pada kaki kirinya.</div><div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Tampil pertama kali membela klub Rot-Weiss Essen, Ozil kemudian mencoba peruntungannya di Schalke tahun 2005 hingga 2008. Kemudian dengan transfer sebesar 4,3 juta Euro, Ozil bermarkas di Werder Bremen hingga kontraknya bersama klub Jerman tersebut habis Juni 2011 mendatang.</div><div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Boleh dikatakan kesempatan Ozil mempertontonkan permainan impresifnya, berkat Cidera yang dialami Ballack. Hampir tidak masuk pada skuad timnas Jerman, Ozil saat ini malah menjadi pemain yang diprediksi menjadi “bintang masa depan”.</div><div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Kinerjanya ketika Jerman berhasil melibas Inggris 4 – 1, membuat banyak mata terpesona dan menyatakan ingin meminang pemain yang di anggap paling bersinar di antara 11 pemain Jerman.</div><div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;"><b>INGIN KE LIGA PRIMER</b></div><div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Pemain yang dibanderol 15 juta Euro oleh Bremen ini, menyatakan keinginanya untuk bermain di Liga Primer. Sejumlah Klub besar Eropapun mulai mengincar dirinya. Sebut saja Chelsea, Manchester United dan Barcelona yang dikabarkan siap memboyong ‘Messi Jerman’ ini ke Klubnya.</div><div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">“Saya sudah melihat bagaimana Michael Ballack di Chelsea, dan apa saja yang bisa didapat dengan bermain di klub besar. Hal – hal seperti inilah yang menggoda saya dan berpikir untuk bermain di sana,” ungkap Ozil seperti dikutip harian Inggris The Sun.</div><div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify;">Teknik dan sentuhan indah Ozil pada si kulit bundar yang sukar ditebak oleh lawan, merupakan suatu sensasi yang jarang dilihat pada sepakbola modern saat ini.</div><div style="background-color: white; font-family: Arial, Tahoma, Verdana; font-size: 12px; line-height: 18px; padding-bottom: 15px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></div><div style="text-align: justify;">Pria yang lahir pada 15 oktober, 21 tahun silam ini, tengah terikat pertunangan dengan Anna-Maria Lagerblom, yang merupakan saudara perempuan dari penyanyi Sarah Connor, yang menyatakan ke islamannya pada Juni 2010 mengikuti keyakinan Ozil yang merupakan seorang muslim yang taat. Ozil pernah dipergoki tengah membaca Alqur’an sebelum bertanding di ruang ganti pemain. <strong style="text-align: -webkit-auto;"></strong><br />
<div style="display: inline !important; text-align: justify;"><strong style="text-align: -webkit-auto;"><strong>(cw/o)</strong></strong></div></div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-18287410809806339192011-11-09T09:05:00.000+07:002011-11-09T09:05:03.670+07:00Jadi Mualaf, Sam Brodie Ganti Nama<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigbQbo9oescrKpyE7fyEs1PBZBUYbed8vWETCGHXWqYJNCp-VG3a6_fYSqfjX2p3TkOyTyYsoetDluv38FRFMsV20-czOplZh0-eInvC7UONqJUDQwpo-kqwPsvIDsjDo2f00qGsyLM_0/s1600/sam_brodie_2201.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigbQbo9oescrKpyE7fyEs1PBZBUYbed8vWETCGHXWqYJNCp-VG3a6_fYSqfjX2p3TkOyTyYsoetDluv38FRFMsV20-czOplZh0-eInvC7UONqJUDQwpo-kqwPsvIDsjDo2f00qGsyLM_0/s200/sam_brodie_2201.jpg" width="152" /></a></div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: small; text-align: justify;">Artis internasional <b>Sam Brodie</b> memilih jalan hidupnya dalam menentukan keyakinan dengan menjadi seorang mualaf. Ini dilakukannya karena dorongan spiritualnya untuk mempelajari agama Islam lebih dalam. Selain itu, peran serta dan dorongan sahabatnya <a class="d6_s" href="http://m.kapanlagi.com/selebriti/indonesia/m/maia_estianty" style="color: #336699; font-weight: bold; text-decoration: none;">Maia Estianty</a> juga menjadi andil dan keinginan kuat <b>Sam</b> mempelajari agama Islam.</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: small; text-align: justify;"><br />
</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: small; text-align: justify;">"Dasarnya sebenarnya bukan karena apa-apa. Semua ini karena hati aku telah terbuka. Selain itu juga karena pacarku yang memang beragama Islam. Aku memilih menjadi mualaf dengan niat serius, karena ini adalah pilihan keyakinan. Peran serta Bunda <a class="d6_s" href="http://m.kapanlagi.com/selebriti/indonesia/m/maia_estianty" style="color: #336699; font-weight: bold; text-decoration: none;">Maia</a> memang sangat besar, dua minggu setelah gabung dengan dia, aku menjadi mualaf," ungkap <b>Sam</b> saat berbincang dengan <b>KapanLagi.com™</b> di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (21/1).</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: small; text-align: justify;"><br />
</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: small; text-align: justify;">Pria yang mengaku dekat dengan <a class="d7_s" href="http://m.kapanlagi.com/selebriti/hollywood/p/paris_hilton" style="color: #336699; font-weight: bold; text-decoration: none;">Paris Hilton</a> ini resmi menjadi mualaf sejak 8 Desember 2010 lalu di hadapan Kepala KUA kecamatan Jatih Asih, Bekasi. Saat ini, <b>Sam</b> memang tengah menjalani proses dalam menjalani ibadah yang memang sudah diatur dalam agama Islam.</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: small; text-align: justify;"><br />
</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: small; text-align: justify;">"Awalnya memang tidak begitu langsung saja ya. Semuanya butuh proses. Saat ini aku memang ikut kelas bareng anak-anak kecil, ikut-ikut sholat. Baca doanya kan juga belum hapal. Belajar sedikit-sedikit nggak langsung tau semua. Kayak anak TK belajar. Kalau aku belajarnya di masjid, kelas mengaji dengan anak kecil di Masjid Attin. Terkadang malu juga, ikut mereka," kata <b>Sam</b>.</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: small; text-align: justify;"><br />
</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: small; text-align: justify;">Dengan perubahan keyakinannya ini, <b>Sam</b> juga mengubah namanya dengan nama yang lebih islami. Jika dirinya memiliki nama lahir, <b>Samuel Da Bettay</b>, kini setelah masuk Islam dirinya mengganti nama menjadi <b>Muhammad Samuel Da Bettay</b>.</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: small; text-align: justify;"><br />
</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: small; text-align: justify;">"Untungnya aku punya teman seperti Bunda <a class="d6_s" href="http://m.kapanlagi.com/selebriti/indonesia/m/maia_estianty" style="color: #336699; font-weight: bold; text-decoration: none;">Maia</a>. Aku ini memang bisa dibilang baru banget. Dapat bimbingan baca Al Quran dari <a class="d6_s" href="http://m.kapanlagi.com/selebriti/indonesia/m/maia_estianty" style="color: #336699; font-weight: bold; text-decoration: none;">Maia Estianty</a>. Kita juga sering berdebat mengenai sebuah ilmu Al Quran. Setelah ketemu seseorang yang hebat yaitu <a class="d6_s" href="http://m.kapanlagi.com/selebriti/indonesia/m/maia_estianty" style="color: #336699; font-weight: bold; text-decoration: none;">Maia Estianty</a>, saya mendapatkan banyak ilmu terutama ilmu ikhlas," pungkasnya. <b>(kpl/adt/boo)</b></div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: small; text-align: justify;"><b><br />
</b></div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: small; text-align: justify;">Kapanlagi.com</div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-34829882059210464162011-10-13T09:07:00.000+07:002011-10-13T09:07:25.840+07:00Sore Hari Di Angkot M26<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTB3TaPJqvl-0z3enLu1D40Qu4NB8t4Eh6FnYHrCmIikHbsi0ze-a-XMH1lP0u_SL2kPBoGIVIBxrqHd_g_MkMSSjNap7fxILTLbDv-1a2LG_pbCjhvRD-l6dQ8Bo5ukPTX694jHXVDK4/s1600/11272040-lg.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTB3TaPJqvl-0z3enLu1D40Qu4NB8t4Eh6FnYHrCmIikHbsi0ze-a-XMH1lP0u_SL2kPBoGIVIBxrqHd_g_MkMSSjNap7fxILTLbDv-1a2LG_pbCjhvRD-l6dQ8Bo5ukPTX694jHXVDK4/s200/11272040-lg.jpg" width="133" /></a></div><div style="text-align: justify;">Seperti biasa bila Jum'at sore aku selalu berkunjung kerumah tanteku di daerah Galaxy, kalimalang. Ini memang selalu kulakukan untuk menghabiskan waktu diakhir pekan, daripada Jomblo di kos - kosan</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah berganti beberapa kendaraan umum aku lalu menaiki angkot no 26 jurusan Kampung melayu - Bekasi, didalamnya sudah ada 2 orang anak, yang laki2 berusia 14 tahunan, sedang adiknya yang perempuan berusia sekitar 8 tahun, wajah mereka menunjukkan kesedihan, kelelahan dan kekhawatiran. Aku tertarik untuk memperhatikan apa yang mereka bicarakan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Kak, nanti kita tinggal sama Ayah saja nggak usah sama ibu lagi, aku nggak tahan melihat kakak sering dipukuli Ayah tiri kita"</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Iya, kita lihat nanti keadaan Ayah, jangan terlalu berharap dik . ." sang kakak menyahut masih dengan wajah murungnya..Beberapa penumpang naik dan turun sepanjang Kalimalang itu, dengan berbagai macam tingkah polahnya."Kak, . .sudah hampir pasar Sumber Arta, berapa sisa uang kita. ?." sang adik mengingatkan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Hanya tinggal 800 rupiah . ."sang kakak menjawab, masih dengan wajah murungnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Berarti kita akan dimarahi lagi . . ." sang adik berkata lesu, sambil memperhatikan jalanan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Bagaimana lagi, tinggal itu yang kita punya, nanti kamu lari saja biar aku yang hadapi" sang kakak berkata tanpa menoleh, pandangannya kosong.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku mendengarkan pembicaraan mereka dengan hati yang miris, tak lama kemudian kendaraan sampai di pasar Sumber Artha, anak laki - laki itu memberikan sisa uangnya yang tinggal 800 rupiah itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tentu saja sopir angkot marah - marah dan memaki - maki, dengan logat bataknya yang kental. Aku segera membayar kekurangan ongkos kedua anak tersebut, dan cepat - cepat memberikan uang yang ada di tasku yang tak sampai 50 ribu rupiah kepada mereka, aku hanya menyisakan 2 ribu rupiah untuk bayar ongkos angkot ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kedua anak itu memandangku tak mengerti, bahkan tak sempat mengucapkan terima kasih. Namun sempat kulihat sang adik melambaikan tangannya. Tak terasa ada bulir airmata menetes dipipiku, aku menyesal mengapa tidak ada banyak uang ditasku ini, sehingga aku dapat memberikan lebih banyak untuk meringankan beban mereka ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku turun didepan Swalayan Superindo dan terpaksa melanjutkan perjalanan kerumah Tanteku dengan berjalan kaki, entah mengapa aku ingin berjalan kaki, padahal kan bisa saja aku naik becak dan nanti minta ongkos ke Tanteku. Namun hal itu tak kulakukan, sambil berjalan aku merenung dan berpikir tentang kejadian yang baru saja kualami, betapa banyaknya penderitaan di dunia ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aku melihat mobil - mobil mewah berseliweran, dan bila ada yang menghalanginya entah motor atau becak, mereka akan berlomba - lomba membunyikan klaksonnya, memang seolah dunia adalah milik mereka , dalam hati aku bertanya, adakah orang - orang itu mengetahui tentang cerita - cerita sedih disekitarnya ? setidaknya tentang 2 orang anak yang tidak bisa membayar ongkos Angkot sebesar 2.500 rupiah ?.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Malam ini aku masih belum tidur, aku masih mengingat kejadian sore tadi, aku lalu mengambil IPAQ ku dan menuliskannya untuk JOURNAL9, tak terasa air mata kembali menetes dipipiku, aku berdo'a semoga aku menjadi orang yang mampu berbagi dengan sesama.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lia1985 (www.scalamedia.net)</div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-31976148153061276232011-10-10T10:28:00.000+07:002011-10-10T10:28:19.999+07:00Bunda, Umar Sayang Bunda<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisA4lieK74sNbw_pMLpOAgVPI2QZKtByRv2o9zjukKiVW7Ge-CqXgixq9ApL4xOxvnG0D6bJhtTejZSGwOWJfQz3vwhwWsA-r3i1uS3ABy_FwCI_lV8QoKKBNo0AvJ2hAckRfERAb4TBs/s1600/sujud8.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisA4lieK74sNbw_pMLpOAgVPI2QZKtByRv2o9zjukKiVW7Ge-CqXgixq9ApL4xOxvnG0D6bJhtTejZSGwOWJfQz3vwhwWsA-r3i1uS3ABy_FwCI_lV8QoKKBNo0AvJ2hAckRfERAb4TBs/s200/sujud8.gif" width="197" /></a></div><div style="text-align: justify;">“Bunda, kenapa Allah gak kasih kita hidup enak yah?” tanya seorang anak pada ibunya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Mungkin karena Allah amat sayang sama kita,” jawab bundanya dengan santun.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Begitu ya, bunda?” Anaknya berujar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Iya, nak. Allah amat sayang sama kita, Allah gak mau kita terlena sama nikmat dunia,” sambil meneteskan air mata Bundanya berujar pelan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sore pun menjelang, bersiaplah Umar kecil untuk pergi ke masjid dekat rumahnya. Mengenakan peci kesayangannya dan kain sarung yang agak kumal. Langkahnya berpacu dengan suara iqamah petang itu.Dari sudut jendela, bundanya tertegun melihat anaknya amat riang mendengar panggilan Allah itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Ayo, nak, bergegas. Jangan sampai kau telat shalat maghrib ini!” teriak bundanya dari balik jendela.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Iya, Bunda. Assalamu’alaikum. ..” jawab Umar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bangga rupanya bunda Umar ini, melihat pelita kecilnya rajin ibadah. Matanya berkaca-kaca saat teringat Ramadhan tahun yang lalu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Sayang, andai kau lihat anak kita saat ini, dia lucu sekali,” gumam bunda Umar dalam hati.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Melayang pikiran bunda Umar, mencoba mengingat setahun yang lalu di kamar ini. Selepas ia tunaikan shalat maghrib, diraihnya Mushaf kecil agak kusam lalu air matanya menetes perlahan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Sayang, aku rindu saat-saat itu,” lirihnya pelan sebelum membaca Ar-Rahman malam itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Andai kau ada di sini sayang, melihat tingkah Umar yang lucu. Memegang pipinya yang tembem, kau elus rambutnya yang lebat. Akhhh… Betapa nikmat, sayang. Andai Allah berikan kesempatan kita berkumpul kembali, menikmati lantunan suaramu saat kau jadi Imam kami, kau bacakan surat kesukaanmu, kau do’akan kami semua agar kami sehat selalu. Kau berikan tanganmu untuk kukecup tanda baktiku untukmu. Kau elus kepala imut Umar, sayang. Andai kesempatan itu kembali terulang.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Bunda, kenapa nangis?” dielusnya pipi putih Bunda oleh Umar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Bunda gak apa-apa kok, nak. Bunda cuma kangen sama ayah,” sambil dikecupnya kening Umar yang baru pulang dari masjid.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Bunda, emang ayah ke mana?” tanya polos Umar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sambil menitikan air mata, Bunda pun membelai kepala kecil Umar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Ayah udah ketemu sama Allah, nak. Ia tersenyum di sana. Ayah titip pesen kalo Umar harus jaga Bunda. Kau mau, nak?” tanya Bunda sambil mengusap air mata.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Mau, Bunda. Bunda kesayangan Umar. Umar pastiii jagaa bunda,” sambil tersenyum riang Umar menjawab.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tawa kecil pun meledak di malam sunyi itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Ayo, nak. Mari kita tidur. Besok pagi-pagi kita temui ayah. Umar harus janji sama ayah bakal jaga Bunda ya?” ajak Bunda.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Iya, Bunda. Umar janji jaga Bunda,” mata Umar pun seraya tertutup.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Masya Allah…” teriakku terbangun dari tidur. Tak terasa sudah hampir 3 jam aku tertidur amat pulas. Sesaat tersadar kalau malam ini, aku bermimpi bertemu Umar dan suamiku.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Allahu akbar…” tak terasa aku kembali meneteskan air mata.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Terkenang semua yang pernah terjadi malam ini, kecelakaan yang merengut kedua belahan jiwa membuatku kembali menitikan air mata.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Masih ingat olehku, bagaimana senyum manis Umar sebelum berangkat shalat ke masjid. Masih ingat olehku, bagaimana suamiku mencium keningku sebelum aku pergi tidur.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">“Tuhan… Jaga belahan Jiwaku. Berilah mereka tempat yang lapang, ya Rabb. Kumpulkan mereka sebagai umatmu yang bertakwa. Tuhan… Kumpulkan kami kembali di JannahMu. Aku rindu Umar…” do’aku lirih menutup qiyamul lail malam ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bunda sayang kalian… Tunggu bunda yah! Kita pasti akan bertemu kembali, sayang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Laa ilaaha illaa annta subhaanaka inni kunntu minazhahaalimin. ..Laa haula walaa quwwata illaa billaahil’aliyyil’ azhim</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">virouz007.wordpress.com</div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-35442944443375944252011-10-10T09:36:00.000+07:002011-10-10T09:36:46.397+07:00Nenek Pemungut Daun<div style="text-align: justify;">Kisah ini membuat bulu kuduk saya merinding. Perempuan tua dari kampung itu bukan saja mengungkapkan cinta Rasul dalam bentuknya yang tulus. Ia juga menunjukkan kerendahan hati, kehinaan diri, dan keterbatasan amal dihadapan Allah swt. Lebih dari itu, ia juga memiliki kesadaran spiritual yang luhur: Ia tidak dapat mengandalkan amalnya. Ia sangat bergantung pada rahmat Allah. Dan siapa lagi yang menjadi rahmat semua alam selain Rasulullah saw?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Insya Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-size: large;">"Nenek Pemungut Daun"</span></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFae2-9NuBgnxawcrq_KlpVcAs8pRgrypSER5SoALMc5l9jcgc-IbKCS5wsGvzz1ERHMn4LTpjnnX4N0PUBjB_ijHXA8Zd-PvAhovZafWF5-FhfLlbNvaUURC1JmgoQNJyY_v1f5TAAOQ/s1600/CIMG0194.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFae2-9NuBgnxawcrq_KlpVcAs8pRgrypSER5SoALMc5l9jcgc-IbKCS5wsGvzz1ERHMn4LTpjnnX4N0PUBjB_ijHXA8Zd-PvAhovZafWF5-FhfLlbNvaUURC1JmgoQNJyY_v1f5TAAOQ/s200/CIMG0194.JPG" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;">Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang. </div><div style="text-align: justify;">Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. "Jika kalian kasihan kepadaku," kata nenek itu, "Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. </div><div style="text-align: justify;">Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sekarang ia sudah meninggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai," tuturnya. "Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">hikmahislam.blogsome.com</div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-13585744932627884512011-10-10T09:07:00.000+07:002011-10-10T09:07:03.291+07:00Istimewanya Wanita<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2x8E4y9GTRhKu147Mpm0ymhkTL53XBZkxFH3n07NYyKrqVDNDYgVvUPAaUeKfS_tu4_-hSxY2nf2u7QL_X1xcNBSxGL6DSVEZ6JfH4k7ulAENu91-FyzSA7mVIQZIdhYv87JjfTorZ0s/s1600/rizky+amelia.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2x8E4y9GTRhKu147Mpm0ymhkTL53XBZkxFH3n07NYyKrqVDNDYgVvUPAaUeKfS_tu4_-hSxY2nf2u7QL_X1xcNBSxGL6DSVEZ6JfH4k7ulAENu91-FyzSA7mVIQZIdhYv87JjfTorZ0s/s1600/rizky+amelia.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kaum feminis bilang susah jadi wanita, lihat saja peraturan dibawah ini :</span></div><ol style="list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: decimal; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 40px; padding-right: 40px; padding-top: 5px;" type="”1”"><li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 2px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wanita auratnya lebih susah dijaga (lebih banyak) dibanding lelaki.</span></li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 2px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.</span></li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 2px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wanita saksinya (apabila menjadi saksi) kurang berbanding lelaki.</span></li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 2px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki.</span></li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 2px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wanita perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.</span></li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 2px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wanita wajib taat kepada suaminya, sementara suami tak perlu taat pada isterinya.</span></li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 2px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Talak terletak di tangan suami dan bukan isteri.</span></li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 2px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wanita kurang dalam beribadat karena adanya masalah haid dan nifas yang tak ada pada lelaki.</span></li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 2px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dll.</span></li>
</ol><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Itu sebabnya mereka tidak henti-hentinya berpromosi untuk "MEMERDEKAKAN WANITA". Pernahkah kita lihat sebaliknya (kenyataannya) ?</span></div><ol style="list-style-image: initial; list-style-position: initial; list-style-type: decimal; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 5px; padding-left: 40px; padding-right: 40px; padding-top: 5px;" type="”1”"><li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 2px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan ditempat yang teraman dan terbaik. Sudah pasti intan permata tidak akan dibiar terserak bukan? Itulah bandingannya dengan seorang wanita.</span></li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 2px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wanita perlu taat kepada suami, tetapi tahukah lelaki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama daripada kepada bapaknya?</span></li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 2px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wanita menerima warisan lebih sedikit daripada lelaki, tetapi tahukah harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya, sementara apabila lelaki <span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">menerima warisan, ia perlu/wajib juga menggunakan hartanya untuk isteri dan anak-anak.</span></span></li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 2px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi tahukah bahwa setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat dan seluruh makhluk ALLAH di muka bumi ini, dan tahukah jika ia mati karena melahirkan adalah syahid dan surga menantinya.</span></li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 2px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di akhirat kelak, seorang lelaki akan dipertanggungjawabkan terhadap 4 wanita, yaitu : <span class="fullpost" style="display: inline; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya. Artinya, bagi seorang wanita tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki, yaitu : suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.</span></span></li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 2px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Seorang wanita boleh memasuki pintu syurga melalui pintu surga yang mana saja yang disukainya, cukup dengan 4 syarat saja, yaitu : salat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat kepada suaminya dan menjaga kehormatannya.</span></li>
<li style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 2px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 2px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Seorang lelaki wajib berjihad fisabilillah, sementara bagi wanita jika taat akan suaminya, serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLAH, maka ia akan turut menerima pahala setara seperti pahala orang pergi berjihad fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.</span></li>
</ol><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Masya ALLAH ! Demikian sayangnya ALLAH pada wanita... kan</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ingat firman Nya, bahwa mereka tidak akan berhenti melakukan segala upaya, sampai kita ikut tunduk kepada cara-cara peraturan buatan mereka. (emansipasi ala western) Yakinlah, bahwa sebagai dzat yang Maha Pencipta, yang menciptakan kita, maka sudah pasti Ia yang Maha Tahu akan manusia, sehingga segala hukumnya peraturannya, adalah YANG TERBAIK bagi manusia dibandingkan dengan segala peraturan hukum buatan manusia. Jagalah isterimu karena dia perhiasan, pakaian dan ladangmu, sebagaimana Rasulullah pernah mengajarkan agar kita (kaum lelaki) berbuat baik selalu (gently) terhadap isterimu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Adalah sabda Rasulullah bahwa ketika kita memiliki dua atau lebih anak perempuan, mampu menjaga dan mengantarkannya menjadi muslimah yang baik, maka surga adalah jaminannya. (untuk anak laki2 berlaku kaidah yang berbeda).</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berbahagialah wahai para muslimah. Jangan risau hanya untuk apresiasi absurd dan semu di dunia ini. Tunaikan dan tegakkan kewajiban agamamu, niscaya surga menantimu.</span></div><div style="line-height: 17px; padding-bottom: 7px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 7px; text-align: justify;"></div><div style="line-height: 17px; padding-bottom: 7px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 7px; text-align: justify;">kitabercerita.blogspot.com</div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-23715421707926896172011-10-09T01:38:00.000+07:002011-10-09T01:38:20.614+07:00SEBUAH PELAJARAN UNTUK DISAMPAIKAN<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdI-4gPuBsAvTgikC9IImBbIe4bEA-13johJX8INcfqt3fSNJliq0tMPNb2Jaw1ClXVFP1IEc8TcxQlZVFIGfWt_yM9-TRr_kYq9REJbefzW7z_5G-IqNKhuDbS1f7fU_vpS-sCfcHpwc/s1600/lazy+student.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdI-4gPuBsAvTgikC9IImBbIe4bEA-13johJX8INcfqt3fSNJliq0tMPNb2Jaw1ClXVFP1IEc8TcxQlZVFIGfWt_yM9-TRr_kYq9REJbefzW7z_5G-IqNKhuDbS1f7fU_vpS-sCfcHpwc/s1600/lazy+student.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;">Namanya Ny. Thompson. Ia berdiri di depan ruang kelas 5 pada hari pertama tahun pengajaran, dan berbohong kepada murid-muridnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Seperti kebanyakan pengajar, ia memandang ke seluruh murid dan berkata bahwa ia memperhatikan seluruh murid dengan adil. Tetapi hal itu tidak mungkin, karena di barisan depan, ada seorang anak yang duduk dengan menggelesot namanya Teddy Stoddard.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ny. Thompson sudah mengawasi Teddy setahun sebelumnya dan ia memperhatikan bahwa dia tidak bisa bermain dengan baik dengan anak-anak yang lain karena bajunya morat marit dan terlihat selalu perlu untuk dimandikan. Dan Teddy bisa jadi tidak suka. Itu semua mendapat penilaian, dimana Ny.Thompson kenyataannya akan memberikan tanda khusus di laporan Teddy dengan tinta merah besar, membuat X tebal dan memberi tanda F besar di atas kertas laporan Teddy.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di sekolah tempat Ny.Thompson mengajar, ia diminta untuk melihat ulang catatan murid-muridnya di tahun sebelumnya, dan ia membiarkan cacatan Teddy di giliran terakhir. Saat membaca catatan Teddy ia terkejut.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Guru kelas satu Teddy menulis,Teddy adalah anak yang cemerlang dan ceria. Ia mengerjakan perkerjaannya dengan rapi dan memiliki hal-hal yang baik.Ia membawa kegembiraan bagi sekitarnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Guru kelas duanya menulis, Teddy adalah murid yang sempurna, sangat disukai oleh seluruh temannya, tetapi ia terganggu karena ibunya sakit stroke dan untuk tinggal di rumah adalah suatu perjuangan bagi Teddy.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Guru kelas tiganya menulis, Ia mendengar kematian ibunya. Ia berusaha untuk melakukan yang terbaik, tetapi ayahnya tidak menunjukkan ketertarikannya dan kehidupan di rumah akan segera mempengaruhinya jika tidak ada langkah-langkah yang dilakukan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Guru kelas empat Teddy menulis, Teddy menjadi mundur dan tidak tertarik ke sekolah. Ia tidak punya banyak teman dan terkadang tertidur di kelas.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah itu, Ny. Thompson menyadari masalahnya dan dia malu terhadap dirinya sendiri. Ia merasa tidak enak ketika murid-muridnya membawa hadiah natal, dibungkus dengan pita-pita yang indah dan kertas yang menyala, kecuali pemberian Teddy. Hadiah dari Teddy kumal bentuknya dan dibungkus dengan kertas coklat yang diambil dari tas belanja.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ny.Thompson dengan terharu membuka kado Tedy ditengah-tengah kado yang lain. Anak-anak mulai tertawa saat ia menemukan gelang batu dimana beberapa batunya hilang, dan sebuah botol yang berisi parfum setengahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tetapi ia menyuruh murid-muridnya diam dan menyatakan bahwa gelang pemberian Teddy sangat indah, serta mengoleskan parfum di pergelangan tangannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah sekolah usai, Teddy Stoddard tetap tinggal, menunggu cukup lama untuk mengatakan, Ny. Thompson, hari ini bau wangi anda seperti ibu saya. Setelah murid-muridnya pergi, Ny.Thompson menangis hampir selama satu jam. Hari berikutnya Ny.Thompson berhenti untuk mengajar membaca, menulis dan aritmatika. Sebagai gantinya ia mulai mengajar anak didiknya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ny. Thompson memberi perhatian khusus kapada Teddy. Selama bekerja dengannya, pikiran Teddy mulai hidup. Semakin ia mendorong Teddy, semakin cepat Teddy memberikan tanggapan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di akhir tahun, Teddy menjadi anak terpandai di kelas, akan tetapi Ny. Thompson jadi berbohong dengan mengatakan bahwa ia akan memperhatikan murid-muridnya secara adil, karena Teddy telah menjadi murid kesayangannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Satu tahun berlalu, Ny. Thompson menemukan sebuah surat dibawah pintu, dari Teddy, yang mengatakan bahwa ia adalah guru terbaik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Enam tahun berlalu sebelum ia menerima surat yang lain dari Teddy. Ia menulis sudah menamatkan SMU, ranking tiga di kelas, dan Ny. Thompson tetap guru terbaik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Empat tahun berikutnya, ia menerima surat yang lain, mengatakan bahwa saat orang memikirkan banyak hal, ia tetap tinggal di sekolah dan mempertahankannya, dan segera lulus dari akademi dengan penghargaan tertinggi. Dia meyakinkan Ny. Thompson, bahwa dia tetap guru yang disukai dan paling baik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kemudian empat tahun berlalu dan surat yang lain datang lagi. Saat ini dia menjelaskan setelah menyelesaikan gelar sarjananya, dia memutuskan untuk melanjutkan sedikit lagi. Surat itu menjelaskan bahwa Ny. Thompson tetap guru yang disukai dan paling baik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya. Tetapi namanya telah sedikit lebih panjang surat ditanda tangani oleh Theodore F. Stoddard, MD.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kisahnya tidak berakhir disini. Masih ada surat lagi pada musin semi itu. Teddy berkata bahwa ia bertemu dengan seorang gadis dan merencanakan untuk menikah. Ia mengatakan bahwa ayahnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu dan dia berharap Ny. Thompson bersedia duduk di kursi yang biasanya disediakan untuk ibu pengantin. Tentu saja Ny. Thompson bersedia.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan coba tebak apa berikutnya? Ny. Thompson mengenakan gelang batu dimana beberapa batunya telah hilang. Dan ia memastikan memakai parfum yang diingat Teddy dipakai ibunya pada Natal sebelumnya bersama-sama. Mereka berpelukan, dan Dr. Stoddard berbisik di telinga Ny. Thompson, Terima kasih Ny. Thompson, anda mempercayai saya. Terima kasih karena sudah membuat saya merasa begitu penting dan memperlihatkan bahwa saya dapat membuat perubahan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ny. Thompson dengan air mata berlinang, balik berbisik. Ia berkata,Teddy, semua yang kamu katakan keliru. Kamu adalah orang yang telah mengajari bahwa aku dapat membuat perubahan. Aku sungguh-sungguh tidak tahu bagaimana caranya mengajar sampai bertemu denganmu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hangatkan hati seseorang hari ini teruskan mail ini kepada yang lain</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tolong ingatlah bahwa kemana pun kamu pergi, apa pun yang kamu lakukan, kamu akan punya kesempatan untuk menyentuh atau merubah diri seseorang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Cobalah lakukan hal itu dengan cara yang positif. Teman adalah malaikat yang mengangkat kita ke atas kaki kita, saat sayap kita bermasalah untuk mengingat bagaimana caranya terbang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Fransye Monita</div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-88124955912596805882011-09-23T12:57:00.000+07:002011-09-23T12:57:43.966+07:00Sigit Nugroho (Wartawan Bola), Dahulu Atheis Kini Ketua Talk Show Ramadhan 2011<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4Y9XJTwyMf1PBuZeUdZivkC49AXaaIii-gi6Q0DGMr2vdpA-EJvSTpKNZQPNKYAaTK8zEF1uXbNavF-U9_oChhU-pePV_aGyzS0zJZ2p7Y6yrJTBKf1g1hFRzGZz22-OSsxmRULCdEuc/s1600/sigit-nugroho-_110826174829-366.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="144" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4Y9XJTwyMf1PBuZeUdZivkC49AXaaIii-gi6Q0DGMr2vdpA-EJvSTpKNZQPNKYAaTK8zEF1uXbNavF-U9_oChhU-pePV_aGyzS0zJZ2p7Y6yrJTBKf1g1hFRzGZz22-OSsxmRULCdEuc/s200/sigit-nugroho-_110826174829-366.jpg" width="200" /></a></div><h1 style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #ff0202; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; margin-bottom: 5px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="color: #171717; font-weight: normal; line-height: 16px;">Sore itu di gedung Fatahilah Masjid Sunda Kelapa (Sabtu, 13 Agustus 2011) sebuah kegiatan diskusi digelar dengan tema Kesalehan Sosial. Diskusi itu dihadiri oleh para mualaf. </span></h1><div id="newstext" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 10px; vertical-align: baseline;"><div style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 15px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px !important; padding-left: 0px !important; padding-right: 0px !important; padding-top: 0px !important; vertical-align: baseline;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color: #171717; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; line-height: 16px;">Dalam acara tersebut ada salah satu anggota yang cukup menarik perhatian. Dia adalah Sigit Nugroho Wartawan senior Bola yang memiliki jaringan luas di tingkat Internasional. Ia adalah seorang mualaf yang kini mendirikan OLE!.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="color: #171717; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; line-height: 16px;"><div style="text-align: justify;">Pria kelahiran Semarang, 6 Oktober 1965 ini adalah anak tunggal dari pasangan Letkol Pol Djati Koenjtono(Alm) dan Soeharsi. Selain sebagai seorang wartawan ia juga berfrofesi sebagai komentator olah raga disejumlah stasiun televisi swasta dan juga stasiun tv nasional. </div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="color: #171717; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; line-height: 16px;"><div style="text-align: justify;">Sigit mengaku sudah dua tahun memeluk Islam. Sebelum memilih Islam, ia sebelumnya telah melewati tiga fase agama dalam kehidupannya.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="color: #171717; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; line-height: 16px;"><div style="text-align: justify;">Pertama ia dulu seorang yang tidak beragama (atheis), kemudian ia masuk menjadi orang khatolik. Tak beberapa lama kemudian ia keluar dari agama tersebut dan kemudian menjadi seorang Muslim</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="color: #171717; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; line-height: 16px;"><div style="text-align: justify;">Kini Sigit mengakui lebih giat untuk memperdalam ajaran agama islam dan tidak akan mempermainkan agama seperti sebelumnya. Ada pengalaman religi yang ia ungkapkan setelah dirinya memeluk agama Islam. </div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="color: #171717; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; line-height: 16px;"><div style="text-align: justify;">Ia mengaku dahulu sebelum dirinya menjadi seorang mualaf, ia merasakan ketidaktenangan dalam hidup. Tak hanya itu, ia merasa uang hasil kerjanya tak bisa dinikmati dengan baik karena membuat tubuh jadi panas.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="color: #171717; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; line-height: 16px;"><div style="text-align: justify;">Namun kini setelah ia masuk dan memeluk agama islam, ia merasakan ketenangan dalam hidup dan uang hasil kerjanya dapat dinikmati tanpa ada keganjilan.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="color: #171717; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; line-height: 16px;"><div style="text-align: justify;">Setelah benar-benar mencoba menjadi seorang Muslim yang taat ibadah dan mempunyai pengetahuan agama, Sigit merasakan kedamaian dan ketenangan jiwa dalam menjalani kehidupan. "Islam menjadikann saya pribadi yang sabar dan ikhlas dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan," ujarnya.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="color: #171717; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; line-height: 16px;"><div style="text-align: justify;">Dahulu. tutur Sigit, ia selalu menyerah dalam menghadapi setiap masalah yang sedang dihadapinya. Ia juga mengaku tidak mempunyai seorang teman pun untuk membantunya mencari jalan keluar dari setiap masalah yang dihadapinya.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="color: #171717; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; line-height: 16px;"><div style="text-align: justify;">Kini setelah menjadi seorang Muslim ia mempunyai banyak teman dan selalu terbantu dalam memecahkan permasalah yang ada dalam kehidupannya. Diisinilah ia mengetahui arti islam yang sebenarnya.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="color: #171717; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; line-height: 16px;"><div style="text-align: justify;">Ramadhan selalu dimaknai Sigit sebagai bulan yang sangat istimewa, karena pada saat bulan suci ini, ia bisa lebih bersabar dalam menghadapi setiap permasalahan yang datang. Kondisi itu menjadikan dirinya mempunyai ketegaran iman yang kuat dalam memaknai kehidupan yang baru sebagai seorang muslim.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="color: #171717; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; line-height: 16px;"><div style="text-align: justify;">Ramadhan kali ini ia juga mempunyai tugas yang cukup berat namun sekaligus pengalaman cukup berarti. Pasalnya ia menjadi ketua umum dalam acara kegiatan Talk Show Ramadhan 2011 yang diadakan bersama para mualaf yang ada di Jakarta. </div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="color: #171717; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; line-height: 16px;"><div style="text-align: justify;">Dalam penggalangan dana, ternyata ia mengalami kesulitan. “Untuk urusan agama ko masih banyak ya yang sulit sekali beramal dan menyisihkan sedikit hartanya di bulan Ramadhan bulan yang penuh berkah ini” tuturnya.</div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="color: #171717; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; line-height: 16px;"><div style="text-align: justify;">Kini sebagai seorang Muslim, ia pun juga mempunyai keinginan mengajak para mualaf yang lain untuk lebih giat mempelajari ilmu agama islam dan mengetahui pengetahuan yang luas tentang ajaran islam. </div></span><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="color: #171717; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; line-height: 16px;"><div style="text-align: justify;">Sigit pun memberikan sedikit saran kepada para mualaf lain yang datang di acara diskusi ini. "Sebagai eorang mualaf kita harus benar-benar pegang teguh agama ini, janganlah kalian main-mainkan ajaran Islam ini, dan para mualaf yang lain harus tetap semangat menghadapi cobaan yang begitu sulit, apalagi setelah kita mengucap ikrar keimanan," ujarnya.</div></span></div><div class="newsmeta" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #666666; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><b style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">Redaktur:</b> Ajeng Ritzki Pitakasari</div><div class="newsmeta" style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; color: #666666; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><b style="background-attachment: initial; background-clip: initial; background-color: transparent; background-image: initial; background-origin: initial; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; outline-color: initial; outline-style: initial; outline-width: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; vertical-align: baseline;">Reporter:</b> MgROL05</div><span class="Apple-style-span" style="color: #171717; font-family: arial, verdana; font-size: 12px; line-height: 16px;"><div style="text-align: justify;">REPUBLIKA.CO.ID</div></span>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-14011975779234677512011-09-23T11:26:00.000+07:002011-09-23T11:26:57.137+07:00Dracula benar ada ?<div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"> Sultan Mehmed II Penakluk Konstantinopel dan Vlad Dracula </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><i><span style="font-size: x-small;">(Makalah ini disampaikan dalam bedah buku Dracula, Pembantai Umat Islam dalam Perang Salib” di auditorium Fakultas Ilmu Budaya UGM Oleh: Ragil Nugroho)</span></i></div><div style="text-align: justify;"><br />
<b>Membongkar Sebuah Kebohongan</b><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJU84aIUBjoQ7YI00ttNyjBgdEIzQ-Booh14EVnw3O4XqbMrhRMg8Y-_KnfDswjqM0XM6t8YRbyIZPL458B4QUuc0FohBcja3-oDxS8R7K9k4-10EktslWypj9GbwYuRuwfMVds8MKRNw/s1600/vlad+dracula.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJU84aIUBjoQ7YI00ttNyjBgdEIzQ-Booh14EVnw3O4XqbMrhRMg8Y-_KnfDswjqM0XM6t8YRbyIZPL458B4QUuc0FohBcja3-oDxS8R7K9k4-10EktslWypj9GbwYuRuwfMVds8MKRNw/s200/vlad+dracula.jpg" width="191" /></a>Kisah hidup Dracula merupakan salah satu contoh bentuk penjajahan sejarah yang begitu nyata yang dilakukan Barat. Kalau film Rambo merupakan suatu fiksi yang kemudian direproduksi agar seolah-olah menjadi nyata oleh Barat, maka Dracula merupakan kebalikannya, tokoh nyata yang direproduksi menjadi fiksi. Bermula dari novel buah karya Bram Stoker yang berjudul Dracula, sosok nyatanya kemudian semakin dikaburkan lewat film-film seperti Dracula’s Daughter (1936), Son of Dracula (1943), Hoorof of Dracula (1958), Nosferatu (1922)-yang dibuat ulang pada tahun 1979-dan film-film sejenis yang terus-menerus diproduksi. <br />
<br />
<b>Lantas, siapa sebenarnya Dracula itu?</b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhe3-ao3BjZyqzC-47CLWbSVXt_B4EYLiIuMaLyIwPdhDNY8xATpuY7YLCWRPf0_Tt3HWx6-U9OE_mTM2ld-TQjNoV1I_VkdupvMtyaQ1v5G4-AANkbObCRBW3KgAYo2-4AkZ6k_vpt7nU/s1600/buku+dracula.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhe3-ao3BjZyqzC-47CLWbSVXt_B4EYLiIuMaLyIwPdhDNY8xATpuY7YLCWRPf0_Tt3HWx6-U9OE_mTM2ld-TQjNoV1I_VkdupvMtyaQ1v5G4-AANkbObCRBW3KgAYo2-4AkZ6k_vpt7nU/s200/buku+dracula.jpg" width="150" /></a></div><span id="goog_772361686"></span><span id="goog_772361687"></span><span id="goog_754375586"></span><span id="goog_754375587"></span><span id="goog_1338739936"></span><span id="goog_1338739937"></span>Dalam buku berjudul “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna ini, sosok Dracula dikupas secara tuntas. Dalam buku ini dipaparkan bahwa Dracula merupakan pangeran Wallachia , keturunan Vlad Dracul. Dalam uraian Hyphatia tersebut sosok Dracula tidak bisa dilepaskan dari menjelang periode akhir Perang Salib. Dracula dilahirkan ketika peperangan antara Kerajaan Turki Ottoman-sebagai wakil Islam-dan Kerajaan Honggaria-sebagai wakil Kristen-semakin memanas. Kedua kerajaan tersebut berusaha saling mengalahkan untuk merebutkan wilayah-wilayah yang bisa dikuasai, baik yang berada di Eropa maupun Asia . Puncak dari peperangan ini adalah jatuhnya Konstantinopel- benteng Kristen-ke dalam penguasaan Kerajaan Turki Ottoman.<br />
<br />
Dalam babakan Perang Salib di atas Dracula merupakan salah satu panglima pasukan Salib. Dalam peran inilah Dracula banyak melakukan pembantain terhadap umat Islam. Hyphatia memperkirakan jumlah korban kekejaman Dracula mencapai 300.000 ribu umat Islam. Korban-korban tersebut dibunuh dengan berbagai cara-yang cara-cara tersebut bisa dikatakan sangat biadab-yaitu dibakar hidup-hidup, dipaku kepalanya, dan yang paling kejam adalah disula. Penyulaan merupakan cara penyiksaan yang amat kejam, yaitu seseorang ditusuk mulai dari anus dengan kayu sebesar lengan tangan orang dewasa yang ujungnya dilancipkan. Korban yang telah ditusuk kemudian dipancangkan sehingga kayu sula menembus hingga perut, kerongkongan, atau kepala. Sebagai gambaran bagaimana situasi ketika penyulaan berlangsung penulis mengutip pemaparan Hyphatia:<br />
<blockquote>“Ketika matahari mulai meninggi Dracula memerintahkan penyulaan segera dimulai. Para prajurit melakukan perintah tersebut dengan cekatakan seolah robot yang telah dipogram. Begitu penyulaan dimulai lolong kesakitan dan jerit penderitaan segera memenuhi segala penjuru tempat itu. Mereka, umat Islam yang malang ini sedang menjemput ajal dengan cara yang begitu mengerikan. Mereka tak sempat lagi mengingat kenangan indah dan manis yang pernah mereka alami.”</blockquote>Tidak hanya orang dewasa saja yang menjadi korban penyulaan, tapi juga bayi. Hyphatia memberikan pemaparan tetang penyulaan terhadap bayi sebagai berikut:<br />
<blockquote>“Bayi-bayi yang disula tak sempat menangis lagi karena mereka langsung sekarat begitu ujung sula menembus perut mungilnya. Tubuh-tubuh para korban itu meregang di kayu sula untuk menjemput ajal.”</blockquote>Kekejaman seperti yang telah dipaparkan di atas itulah yang selama ini disembunyikan oleh Barat. Menurut Hyphatia hal ini terjadi karena dua sebab :<br />
<br />
<ol><li>Pembantaian yang dilakukan Dracula terhadap umat Islam tidak bisa dilepaskan dari Perang Salib. Negara-negara Barat yang pada masa Perang Salib menjadi pendukung utama pasukan Salib tak mau tercoreng wajahnya. Mereka yang getol mengorek-ngorek pembantaian Hilter dan Pol Pot akan enggan membuka borok mereka sendiri. Hal ini sudah menjadi tabiat Barat yang selalu ingin menang sendiri.</li>
<li>Dracula merupakan pahlawan bagi pasukan Salib. Betapapun kejamnya Dracula maka dia akan selalu dilindungi nama baiknya. Dan, sampai saat ini di Rumania , Dracula masih menjadi pahlawan. Sebagaimana sebagian besar sejarah pahlawan-pahlawan pasti akan diambil sosok superheronya dan dibuang segala kejelekan, kejahatan dan kelemahannya.</li>
</ol><br />
<br />
<b>Bram Stroker, Pengarang Cerita Dracula</b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj05fdl7-XXbJGd6afGrGKdkLAbCTb5YGp6AWe4c5wcrhrduq_A7wKgYg_ERvRRo76iVBpl7EXoc3bGkOL9htcxkwjB9DnN31EF0U4Sc2ZDwD-egYVYqOFgKAThqc2KUxMbuUJqQ96-fUY/s1600/bram_edit2-x011.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj05fdl7-XXbJGd6afGrGKdkLAbCTb5YGp6AWe4c5wcrhrduq_A7wKgYg_ERvRRo76iVBpl7EXoc3bGkOL9htcxkwjB9DnN31EF0U4Sc2ZDwD-egYVYqOFgKAThqc2KUxMbuUJqQ96-fUY/s200/bram_edit2-x011.jpg" width="133" /></a></div>Guna menutup kedok kekejaman mereka, Barat terus-menerus menyembunyikan siapa sebenarnya Dracula. Seperti yang telah dipaparkan di atas, baik lewat karya fiksi maupun film, mereka berusaha agar jati diri dari sosok Dracula yang sebenarnya tidak terkuak. Dan, harus diakui usaha Barat untuk mengubah sosok Dracula dari fakta menjadi fiksi ini cukup berhasil. Ukuran keberhasilan ini dapat dilihat dari seberapa banyak masyarakat-khususny a umat Islam sendiri-yang mengetahui tentang siapa sebenarnya Dracula. Bila jumlah mereka dihitung bisa dipastikan amatlah sedikit, dan kalaupun mereka mengetahui tentang Dracula bisa dipastikan bahwa penjelasan yang diberikan tidak akan jauh dari penjelasan yang sudah umum selama ini bahwa Dracula merupakan vampir yang haus darah.<br />
<br />
Selain membongkar kebohongan yang dilakukan oleh Barat, dalam bukunya Hyphatia juga mengupas makna salib dalam kisah Dracula. Seperti yang telah umum diketahui bahwa penggambaran Dracula yang telah menjadi fiksi tidak bisa dilepaskan dari dua benda, bawang putih dan salib. Konon kabarnya hanya dengan kedua benda tersebut Dracula akan takut dan bisa dikalahkan. Menurut Hyphatia pengunaan simbol salib merupakan cara Barat untuk menghapus pahlawan dari musuh mereka-pahlawan dari pihak Islam-dan sekaligus untuk menunjukkan superioritas mereka.<br />
<br />
<b>Sultan Mehmed II (Wikipedia)</b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeSFHwu6nmC39aw2g9zoSugLb0NQ-SXvjq_QR2vkqWpsKGtnMPN8JgrUZj1EbjLlRCqh6uCObxz94iTkJKQV9tDcaKBFFln8qNzexC2oaLD0ipufkZYKh6W50h2IsljDaqNCxbXpV-wX8/s1600/300px-fatih.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeSFHwu6nmC39aw2g9zoSugLb0NQ-SXvjq_QR2vkqWpsKGtnMPN8JgrUZj1EbjLlRCqh6uCObxz94iTkJKQV9tDcaKBFFln8qNzexC2oaLD0ipufkZYKh6W50h2IsljDaqNCxbXpV-wX8/s200/300px-fatih.jpg" width="134" /></a></div>Siapa pahlawan yang berusaha dihapuskan oleh Barat tersebut? Tidak lain Sultan Mahmud II (di Barat dikenal sebagai Sultan Mehmed II). Sang Sultan merupakan penakluk Konstantinopel yang sekaligus penakluk Dracula. Ialah yang telah mengalahkan dan memenggal kepala Dracula di tepi Danua Snagov. Namun kenyataan ini berusaha dimungkiri oleh Barat. Mereka berusaha agar merekalah yang bisa mengalahkan Dracula. Maka diciptakanlah sebuah fiksi bahwa Dracula hanya bisa dikalahkan oleh salib. Tujuan dari semua ini selain hendak mengaburkan peranan Sultan Mahmud II juga sekaligus untuk menunjukkan bahwa merekalah yang paling superior, yang bisa mengalahkan Dracula si Haus Darah. Dan, sekali lagi usaha Barat ini bisa dikatakan berhasil.<br />
<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghgk_pJXLls7fOf4JGDbZ8-oaAh85kdB6XoWgADcWujd7Yd6oCE6gNqJDiBqAXG0fB0mq4D2qz8c1z8ILDLN3pwdq3iwQO7GYwPYX4vQ37UvGQx8ffpBQZYZgA7QQRWWpWkMbGwEoBRpM/s1600/theodor_aman_-_vlad_the_impaler_and_the_turkish_envoys.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghgk_pJXLls7fOf4JGDbZ8-oaAh85kdB6XoWgADcWujd7Yd6oCE6gNqJDiBqAXG0fB0mq4D2qz8c1z8ILDLN3pwdq3iwQO7GYwPYX4vQ37UvGQx8ffpBQZYZgA7QQRWWpWkMbGwEoBRpM/s200/theodor_aman_-_vlad_the_impaler_and_the_turkish_envoys.jpg" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: xx-small;">Utusan Sultan Mehmed II di Kastil Vlad Dracul (Wikipedia)</span></td></tr>
</tbody></table>Selain yang telah dipaparkan di atas, buku “Dracula, Pembantai Umat Islam Dalam Perang Salib” karya Hyphatia Cneajna ini, juga memuat hal-hal yang selama tersembunyi sehingga belum banyak diketahui oleh masyarakat secara luas. Misalnya tentang kuburan Dracula yang sampai saat ini belum terungkap dengan jelas, keturunan Dracula, macam-macam penyiksaan Dracula dan sepak terjang Dracula yang lainnya.<br />
<br />
Sebagai penutup tulisan ini penulis ingin menarik suatu kesimpulan bahwa suatu penjajahan sejarah tidak kalah berbahayanya dengan bentuk penjajahan yang lain-politik, ekonomi, budaya, dll. Penjajahan sejarah ini dilakukan secara halus dan sistematis, yang apabila tidak jeli maka kita akan terperangkap di dalamnya. Oleh karena itu, sikap kritis terhadap sejarah merupakan hal yang amat dibutuhkan agar kita tidak terjerat dalam penjajahan sejarah. Sekiranya buku karya Hyphatia ini-walaupun masih merupakan langkah awal-bisa dijadikan pengingat agar kita selalu kritis terhadap sejarah karena ternyata penjajahan sejarah itu begitu nyata ada di depan kita.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Wikipedia pun mengkonfirmasikan eksistensi historis Dracula yang membantai ribuan Muslim dengan cara menusuk/mensula (impale).<br />
<br />
</div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-19752318975328636592011-09-13T08:39:00.001+07:002011-09-13T08:45:30.849+07:00Lima Menit Saja, Ayah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglhmoeQWEYvsY43dpl7ziIGYFIyGk9Rmr5ptcjNvK0FtPS5mQN_Zl3unpjHxp9rD5mQ6rWsUWfww-DnPkCspRK7qdFyt0GzplbHOwtTJqZj_er1ny2X7NnQaUUEaLB1CRBAH3kqKwWN20/s1600/boy_playing_on_rope_swing_in_park_42-17378248.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="164" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglhmoeQWEYvsY43dpl7ziIGYFIyGk9Rmr5ptcjNvK0FtPS5mQN_Zl3unpjHxp9rD5mQ6rWsUWfww-DnPkCspRK7qdFyt0GzplbHOwtTJqZj_er1ny2X7NnQaUUEaLB1CRBAH3kqKwWN20/s200/boy_playing_on_rope_swing_in_park_42-17378248.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: right;">بسم الله الرحمن الرحيم </div><br />
Seorang ibu duduk di samping seorang lelaki di bangku dekat Taman-Main di West Coast Park pada suatu minggu pagi yang indah cerah. "Itu putra saya yang di situ," kata ibu tadi, sambil menunjuk ke arah seorang anak kecil dalam T-shirt merah yang sedang meluncur turun dipelorotan.<br />
<br />
"Wah, tampak bahagia sekali bocah itu," kata bapak di sebelahnya. Mata ibu itu berbinar, bangga. <br />
<br />
"Lihat anak yang sedang main ayunan di bandulan pakai T-shirt biru itu? Dia anakku," sambung sang lelaki , memperkenalkan. Lalu, sambil melihat arloji, ia memanggil putranya.<br />
<br />
"Ayo Jack, gimana kalau kita sekarang pulang?" Jack, bocah kecil itu, setengah memelas, berkata, "Kalau lima menit lagi, boleh nggak Yah? Sebentaaaar lagi yah, boleh kan? Cuma tambah lima menit kok.........yaaa...?"<br />
<br />
Pria itu mengangguk dan Jack meneruskan main ayunan untuk memuaskan hatinya. Menit menit berlalu, sang ayah berdiri, memanggil anaknya lagi. "Ayo, ayo, sudah waktunya berangkat?"<br />
<br />
Lagi-lagi Jack memohon, "Ayah, lima menit lagilah. Cuma lima menit tok, ya? Boleh ya, Yah?" pintanya sambil menggaruk-garuk kepalanya. Pria itu bersenyum dan berkata, OK-lah, kalau begitu..."<br />
<br />
"Wah, bapak pasti seorang ayah yang sabar," ibu yang di sampingnya, dan melihat adegan itu, tersenyum senang dengan sikap lelaki itu. Pria itu membalas senyum, lalu berkata,<br />
<br />
"Putraku yang tertua, John, tahun lalu terbunuh selagi bersepeda di dekat sini, oleh sopir yang mabuk. Tahu tidak, aku tak pernah memberikan cukup waktu untuk bersama John. Sekarang apa pun ingin kuberikan demi Jack, asal saja saya bisa bersamanya biar pun hanya untuk lima menit lagi. <br />
<br />
Saya bernazar tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi terhadap Jack. Ia pikir, ia dapat lima menit ekstra tambahan untuk berayun, untuk terus bermain. Padahal, sebenarnya, sayalah yang memperoleh tambahan lima menit memandangi dia bermain, menikmati kebersamaan bersama dia, menikmati tawa renyah-bahagianya...."<br />
<br />
situslakalaka.com </div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-9685601044532152352011-09-12T16:39:00.000+07:002011-09-12T16:39:36.992+07:00Seorang Ibu Dan Karpetnya Yang Sering Terlihat Kotor<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqf6exWSNjDlV8gmnE44z3MocG4ESPFKYqmIK1WgnUbXqxlElUFWWQe53gXQqyVehaoCh4J6hlbjm6XySOoHYS3Y8FVVSBd-2PPQFoAZtRtojwfAxb1yuPwbYBWhCITiLOcL4l2xz5U3E/s1600/karpetku+kotor.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqf6exWSNjDlV8gmnE44z3MocG4ESPFKYqmIK1WgnUbXqxlElUFWWQe53gXQqyVehaoCh4J6hlbjm6XySOoHYS3Y8FVVSBd-2PPQFoAZtRtojwfAxb1yuPwbYBWhCITiLOcL4l2xz5U3E/s1600/karpetku+kotor.jpg" /></a></div><div style="text-align: right;">بسم الله الرحمن الرحيم </div><br />
<div style="text-align: justify;">Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur Dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu. </div><br />
<div style="text-align: justify;">Cuma ada satu masalah, ibu yang pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, Dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah serta berulang ulang kali terjadi dan ini begitu menyiksanya. Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya.</div><br />
<div style="text-align: justify;">Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu :"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan" Ibu itu kemudian menutup matanya. <br />
<br />
"Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?" Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yg murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya. <br />
<br />
<br />
Virginia Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak Ada seorangpun di rumah ibu. Tak Ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka. Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi". Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya. <br />
<br />
"Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran berceceran disana??artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu". <br />
<br />
Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb. "Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya <br />
<br />
"Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?" Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika Kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif".<br />
<br />
Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah. <br />
<br />
catatan :<br />
Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming). Teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana Kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">situslakalaka.com </div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-82732806725880253112011-09-12T16:29:00.000+07:002011-09-12T16:29:43.848+07:00Tukang Cukur & Tuhan<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNpqIwpPYl7iTVqcHp2n3qOR_eDhi2HxD5Z4Hpxr4bcxRbSPRWpMypFef4WbZ7lDr76QONDGzWFWgXW3ZjrrVlDcieEjlbi9p33kAlcgMAYJZak7ajUO9bvYeKkfJFRskDy_R9a84ka1g/s1600/tukang+cukur.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNpqIwpPYl7iTVqcHp2n3qOR_eDhi2HxD5Z4Hpxr4bcxRbSPRWpMypFef4WbZ7lDr76QONDGzWFWgXW3ZjrrVlDcieEjlbi9p33kAlcgMAYJZak7ajUO9bvYeKkfJFRskDy_R9a84ka1g/s1600/tukang+cukur.jpg" /></a></div><div style="text-align: right;"> بسم الله الرحمن الرحيم </div><br />
Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya. Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.<br />
<br />
Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan. Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada”.<br />
<br />
“Kenapa kamu berkata begitu ???” timpal si konsumen.<br />
“Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan… untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada.<br />
<br />
Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada, Adakah yang sakit??, Adakah anak terlantar??. Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”<br />
<br />
Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat. Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.<br />
<br />
Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, gimbal, kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat. Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata,<br />
<br />
“Kamu tahu, sebenarnya TUKANG CUKUR itu TIDAK ADA.”<br />
<br />
Si tukang cukur tidak terima,” Kamu kok bisa bilang begitu ??. Bukankah Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!”<br />
<br />
“Tidak!” elak si konsumen.<br />
“Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana”, si konsumen menambahkan.<br />
<br />
“Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!”, sanggah si tukang cukur.<br />
” Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya”, jawab si tukang cukur membela diri.<br />
<br />
“Cocok!” kata si konsumen menyetujui. Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !<br />
<br />
Tapi apa yang terjadi… orang-orang TIDAK MAU Kembali kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">situslakalaka.com </div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-38945178515133530162011-08-23T16:44:00.000+07:002011-08-23T16:44:45.263+07:00Lebaran dan Kisah Sedih di Ujung Ramadhan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrSISNrPHEVzggVpmBbqBombEglbE_xwcMLJu1wXdpOGuyXntikQVN6R8uNgE4tIjwlIGZljXO0iGgkRLa-pmEOJtxlNrXNWGZmYvBm2gscY98gRzFTnyq4hW_-DSU5PllSkmVEui4JsQ/s1600/mudik-lebaran.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrSISNrPHEVzggVpmBbqBombEglbE_xwcMLJu1wXdpOGuyXntikQVN6R8uNgE4tIjwlIGZljXO0iGgkRLa-pmEOJtxlNrXNWGZmYvBm2gscY98gRzFTnyq4hW_-DSU5PllSkmVEui4JsQ/s1600/mudik-lebaran.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;">Malam takbiran Jakarta diguyur hujan. Cukup lebat dan merata. Dari ujung Cibubur hingga pusat kota, tanah Jakarta basah. Genangan air di sana sini menjadi penanda banyak lubang di jalanan ibukota. <br />
<br />
Setibanya di kantor saya mendapat suguhan berita duka. Seorang kawan sekantor beda divisi dikabarkan tewas bersama istrinya saat mudik dengan sepeda motor di kawasan Subang, Jawa Barat. Sementara anaknya yang masih berusia 5 tahun, mengalami patah tulang. Duh gusti saya tercekat dan tak bisa berkata mendengar kabar duka itu. <br />
<br />
Saya berharap almarhum mendapat tempat terbaik karena meninggal masih di bulan baik, Ramadhan. Apalagi ia pergi saat mencoba merekatkan tali silaturahim dengan keluarganya di Kebumen sana. <br />
<br />
Lebaran seyogyanya merupakan perayaan keriaan setelah sebulan berpuasa. Dan mudik adalah tradisi dan ritual sebagian besar warga muslim menjelang Lebaran. Saya tak habis pikir sebuah ritual tahunan yang berulang dari puluhan tahun itu mengapa tak pernah diurus dengan baik. <br />
<br />
Bukan rahasia jika perjalanan mudik Lebaran bagi sebagian warga selalu identik dengan siksaan. Mulai dari sulitnya mencari moda angkutan publik yang nyaman, tiket yang harganya mahal hingga sarana jalanan yang jauh dari memadai. Cerita soal tidur dalam himpitan penumpang di kereta api atau tidur di tengah aroma pesing di toilet kereta api adalah sedikit kisah nyata yang dihadapi para pemudik. Belum lagi ditambah kenyataan pahit dipermainkan saat mendapatkan tiket hingga kemacetan akut berjam-jam di sejumlah jalur mudik. <br />
<br />
Ironis memang, bangsa ini sepertinya tak pernah belajar dari sejarah panjang perayaan lebaran. Tak pernah ada mapping yang jelas persoalan yang pasti dan selalu dihadapi, juga tak ada solusi praktis agar mudik berjalan nyaman dan aman. Semuanya dibiarkan berjalan begitu saja. Dan pingsan, terluka atau mati sekalipun dianggap sebagai resiko yang melekat pada para pemudik. Mati? Siapa suruh mudik, begitu mungkin benak para pembuat keputusan. <br />
<br />
Saya gugat manajemen mudik kita bukan karena ada kawan atau keluarga yang terpaksa menyabung nyawa karenanya. Saya hanya mempertanyakan, mengapa dalam banyak hal kita tak pernah bisa menghargai manusia dan kemanusiaan kita. Mengapa para pemudik dibiarkan memilih moda angkutan yang jelas-jelas berbahaya seperti menggunakan motor? Itu karena ongkos angkutan umum begitu mahal dan tak terjangkau sebagian warga. Motor akhirnya dijadikan alat angkut yang murah, meski sangat berbahaya dan beresiko tinggi. <br />
<br />
Selamat jalan kawan, selamat menempuh keabadian.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">(http://syaifuddin.wordpress.com) </div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-57452559901366095372011-07-04T10:44:00.000+07:002011-07-04T10:44:56.926+07:00Jilbab Itu Kristiani<div style="text-align: justify;"></div><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaLW2KNfPXLZMEPCX0SJ4vJwpkOUZasqrAGR-K9u3AQkdenIIEskUGe20tl41tK_5XsBlScTSY4iAVJ0owLxwYFJxkxzxEqoEpTfR6nqM-kgfxUkFPLr7XSGIveoKvbUfcmYONP0SLX2c/s1600/apa+ada+bedanya.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="162" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaLW2KNfPXLZMEPCX0SJ4vJwpkOUZasqrAGR-K9u3AQkdenIIEskUGe20tl41tK_5XsBlScTSY4iAVJ0owLxwYFJxkxzxEqoEpTfR6nqM-kgfxUkFPLr7XSGIveoKvbUfcmYONP0SLX2c/s320/apa+ada+bedanya.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Apa bedanya ? </td></tr>
</tbody></table><div style="text-align: justify;">Saya sedih melihat kondisi sebagian orang Kristen yang masih mencela agama orang lain dan apa-apa yang melekat pada agama tersebut. Di antara hal tersebut adalah sebagian orang yang mencela soal jilbab. <br />
<br />
Mengapa jilbab dicela dan dibenci? Apakah karena jilbab itu budaya yang buruk? Saya yakin bukan. Tetapi karena jilbab itu dianggap sebagai pakaian suatu agama tertentu. Karena orang tersebut benci kepada agama tertentu itu, lalu ia pun membenci gaya pakaiannya. <br />
<br />
Padahal sesungguhnya jilbab itu baik. Jika ia buruk, tentu Gereja akan melarang pakaian serupa itu dikenakan di Gereja. Tetapi justeru Gereja berkenan atas pakaian seperti itu dikenakan oleh wanita di Gereja. <br />
<br />
Bahkan seharusnya, semua wanita yang ingin melakukan kebaktian, haruslah dia mengenakan penutup kepala, kecuali jika ia mau membotaki kepalanya. Begitulah apa yang diajarkan Paulus kepada para jemaat wanita. <br />
<br />
Apa manfaat dari mengenakan pakaian semacam itu? Pakaian seperti itu akan menambah kekusukan dalam berdoa. Para pria yang datang ke Gereja pun akan terselamatkan matanya dari berzinah. Kekudusan Gereja akan benar-benar terjaga. Kerukunan antar umat beragama pun akan terjaga. Masih banyak lagi manfaatnya yang lain. <br />
<br />
Pakaian seperti itu adalah ajaran Yesus yang sejati. Itu bukan hanya milik agama tertentu. Cobalah Anda lihat para bikuni. Mereka memang tidak memakai penutup kepala, tetapi mereka mencukur rambut mereka seperti yang diajarkan Paulus. Kebaikan seperti ini adalah kebaikan universal. Siapa pun boleh menerapkannya. Siapa yang mencelanya, berarti ia telah mencela kebaikan yang diakui oleh kebanyakan manusia. Jilbab atau tudung bagi wanita bukan hanya milik Islam, bukan hanya milik Kristen, tetapi milik dunia. </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Salah satu yang berkomentar :</div><div style="text-align: justify;"><blockquote> 1.Korintus 11:5-6, 10,13 (5)Tetapi setiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepala, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya .(6) Sebab jika jika perempuan tidak mau menudungi kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya. Tetapi jika bagi perempuan adalah penghinaan, bahwa rambutnya digunting atau dicukur, maka haruslah ia menudungi kepalanya.(10) sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa dikepalanya oleh karena para malaikat.(13) Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala tidak bertudung? </blockquote><blockquote><u>Catatan:</u> Alkitab mengajarkan, wanita harus berjilbab, artinya harus menutupi kepalanya. Bahkan sangsinya jika tidak menutupi kepalanya, rambutnya harus digunting alias dibotakin.</blockquote>(http://artikelkristiani.wordpress.com/2010/03/11/jilbab-itu-kristiani/) </div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-3571483949109434612011-06-28T12:35:00.000+07:002011-06-28T12:35:23.019+07:00Tidak Harus Berbentuk Bunga<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCAy9pGjYcIWSb7ZfmVWRjxM3i_D7Z0Dho5E8jh4RKd4SnmqyRGPRfEX-vHlp1RTtVQa4vmkNJk0Vtb_p26y0mTi6HpXxsPUyAq0L60M_ovFNRWo_q77YQuGT-2PjdW2m67mTVpQNIUkk/s1600/flower-girl.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCAy9pGjYcIWSb7ZfmVWRjxM3i_D7Z0Dho5E8jh4RKd4SnmqyRGPRfEX-vHlp1RTtVQa4vmkNJk0Vtb_p26y0mTi6HpXxsPUyAq0L60M_ovFNRWo_q77YQuGT-2PjdW2m67mTVpQNIUkk/s200/flower-girl.jpg" width="133" /></a></div><div style="text-align: justify;">Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di perasaan saya, ketika saya bersandar di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, harus saya akui, bahwa saya mulai merasa lelah. Alasan-alasan saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.<br />
<br />
Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-benar sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.<br />
<br />
Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.<br />
<br />
"Mengapa?" tanya suami saya dengan terkejut.<br />
<br />
"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan" jawab saya.<br />
<br />
Suami saya terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.<br />
<br />
Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?<br />
<br />
Dan akhirnya suami saya bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk mengubah pikiran kamu?"<br />
<br />
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam perasaan saya, saya akan mengubah pikiran saya. Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung. Kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan memetik bunga itu untuk saya?"<br />
<br />
Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok."<br />
<br />
Perasaan saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan coret-coretan tangannya di bawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan...<br />
<br />
"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."<br />
<br />
Kalimat pertama ini menghancurkan perasaan saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.<br />
<br />
"Kamu selalu pegal-pegal pada waktu 'teman baik kamu' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kaki kamu yang pegal."<br />
<br />
"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu khawatir kamu akan menjadi 'aneh'. Saya harus membelikan sesuatu yang dapat menghibur kamu di rumah atau meminjamkan lidah saya untuk menceritakan hal-hal lucu yang saya alami."<br />
<br />
"Kamu selalu terlalu dekat menonton televisi, terlalu dekat membaca buku, dan itu tidak baik untuk kesehatan mata kamu. Saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kuku kamu dan mencabuti uban kamu."<br />
<br />
"Tangan saya akan memegang tangan kamu, membimbing kamu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajah kamu."<br />
<br />
"Tetapi Sayang, saya tidak akan mengambil bunga indah yang ada di tebing gunung itu hanya untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air mata kamu mengalir menangisi kematian saya."<br />
<br />
"Sayang, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintai kamu lebih daripada saya mencintai kamu. Untuk itu Sayang, jika semua yang telah diberikan tangan saya, kaki saya, mata saya tidak cukup buat kamu, saya tidak bisa menahan kamu untuk mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakan kamu."<br />
<br />
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya.<br />
<br />
"Dan sekarang, Sayang, kamu telah selesai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan saya untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana menunggu jawaban kamu."<br />
<br />
"Jika kamu tidak puas dengan jawaban saya ini, Sayang, biarkan saya masuk untuk membereskan barang-barang saya, dan saya tidak akan mempersulit hidup kamu. Percayalah, bahagia saya adalah bila kamu bahagia."<br />
<br />
Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang segelas susu dan roti kesukaan saya.<br />
<br />
Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih daripada dia mencintai saya.<br />
<br />
Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari perasaan kita, karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu. Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga". </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">(invisibleman0595.co.cc) </div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-59196709955133306342011-06-23T13:56:00.001+07:002011-06-23T14:20:49.257+07:00Aku pernah datang dan aku sangat patuh<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhL8w5TLhJ0tI5tZRilYC3WdWStfhuh7suHmG3MuF3o8S-2E6YxI7ov1M30H7jF-CuYQE1B8dlAAudswfeCnuXO2qLt54z02prgkdH9stD1tsjgwdYuImL1J40KOXjeYcuaFXYX-V-IMuA/s1600/yu+yan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhL8w5TLhJ0tI5tZRilYC3WdWStfhuh7suHmG3MuF3o8S-2E6YxI7ov1M30H7jF-CuYQE1B8dlAAudswfeCnuXO2qLt54z02prgkdH9stD1tsjgwdYuImL1J40KOXjeYcuaFXYX-V-IMuA/s200/yu+yan.jpg" width="140" /></a></div><div style="text-align: justify;"> Kisah seorang gadis yatim piatu yang dirawat dan dibesarkan oleh laki-laki miskin. Gadis penderita leukemia yang memutuskan melepaskan biaya pengobatan senilai 540.000 Dollar. Dana pengobatan tersebut berhasil dihimpun dari perkumpulan orang China diseluruh dunia. Dia rela melepaskan dana pengobatan tersebut dan membaginya kepada tujuh anak yang juga sedang berjuang menghadapi kematian. Kalimat terakhir yang ia tinggalkan dalam surat wasiatnya adalah, "Saya pernah datang dan saya sangat patuh". Seorang gadis berusia delapan tahun yang mempersiapkan pemakamannya sendiri. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Sejak lahir dia tidak pernah mengetahui siapa kedua orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang ayah angkat yang memungutnya dari sebuah lapangan rumput. Seorang pria miskin berusia 30 tahun. Karena miskin, tak ada perempuan yang mau menikah dengannya. <br />
</div><div style="text-align: justify;">30 November 1996, adalah saat dimana pria miskin tersebut menemukan bayi yang sedang kedinginan diatas hamparan rumput. Diatas dadanya terdapat selembar kartu kecil tertuliskan tanggal, "20 November jam 12". <br />
Ketika ditemukan, suara tangisnya sudah melemah. Pria tersebut khawatir jika tak ada yang memperhatikannya, maka bayi tersebut akan mati kedinginan. Ia memutuskan untuk memungutnya. Dengan berat hati karena takut tak dapat menghidupinya kelak karena kemiskinannya, ia memeluk bayi tersebut dambil berkata "apa yang saya makan, itulah yang kamu makan". Kemudian ia memutuskan untuk merawat bayi tersebut dan memberinya nama Yu Yan. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Yu Yan akhirnya dirawat dan dibesarkan oleh seorang pria lajang dan miskin yang tak mampu membeli susu. Yu Yan hanya diberi minum air tajin (air hasil cucia beras). Keadaan yang berat tersebut membuat Yu Yan tumbuh menjadi anak yang lemah dan sakit-sakitan karena kurangnya asupan gizi. Namun Yu Yan adalah anak yang sangat penurut dan patuh. <br />
<br />
Musim silih berganti, Yu Yuan pun bertambah besar dan memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar, mereka sangat menyukai Yu Yan, meskipun ia sering sakit-sakitan. Yu Yan tumbuh ditengah kekhawatiran ayahnya. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Yu Yuan sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Teman-temannya memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang ayah angkat. Dia sadar bahwa ia harus menjadi anak yang penurut dan tidak boleh membuat ayahnya sedih. <br />
<br />
Yu Yan sangat mengerti bahwa dia harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah agar ayahnya yang tidak pernah sekolah bisa merasa bangga. Dia tidak pernah mengecewakan ayahnya. Yu Yan sering bernyanyi untuk ayahnya. Semua hal lucu yang terjadi di sekolahnya di ceritakan kepada ayahnya. Senyum sang ayahlah yang bisa membuatnya bahagia. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada suatu pagi di bulan Mei 2005, ketika Yu Yuan sedang membasuh mukanya, ia terkejut karena air bekas basuhan mukanya berubah menjadi berwarna merah akibat darah yang menetes dari hidungnya. Darah dari hidungnya terus mengalir tanpa bisa dihentikan. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Ayahnyan segera melarikan Yu Yan ke puskesmas untuk mendapat pertolongan dokter. Dipuskesmas ia diberi suntikan sebagai pertolongan awal. Namun ternyata dari bekas suntikan tersebut juga mengeluarkan darah yang terus mengalir diikuti dengan munculnya bintik-bintik merah dipahanya. Sang dokter menyarankan ayahnya untuk membawa Yu Yan kerumah sakit.<br />
</div><div style="text-align: justify;">Sesampainya dirumah sakit Yu Yan dan ayahnya masih harus menunggu karena tak mendapat nomor antrian. Selama menunggu, darah dari hidung Yu Yan terus mengalir. Ia hanya bisa menunggu dikursi panjang ruang tunggu sambil menutup hidungnya agar darahnya tidak mengotori lantai. Tetapi banyaknya darah yang keluar tak bisa dhentikan dan mulai mengotori lantai sehingga perlu tampung dalam sebuah baskom. Dalam waktu singkat, baskom tersebut telah dipenuhi oleh darah Yu Yan. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Dokter yang melihat keadaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah didiagnosa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sedikitnya membutuhkan biaya sebesar 300.000 $. Ayahnya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Ia hanya hanya ingin menyelamatkan anaknya. Ayahnya berusaha mencari pinjaman dari saudara-saudaranya. Setelah jerih payah yang dilakukan, uang yang ia peroleh jumlahnya sangat sedikit. Ia memutuskan untuk menjual rumahnya. Namun sangat sulit untuk menjual rumahnya yang kumuh dalam waktu cepat. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Beban pikiran yang ditanggung membuat ayah Yu Yan semakin kurus. Kesedihannya terlihat oleh Yu Yan. Melihat keadaan ayahnya, Yu Yan menjadi sangat sedih. Diruang perawatan, ia menatap ayahnya dan menggenggam tangan sang ayah bermaksud mengatakan sesuatu kepada yahnya. Air mata Yu Yan mulai menetes. Bibirnya bergetar. "Ayah, saya ingin mati" kata Yu Yan dengan suara yang sangat lemah. Ayahnya terkejut mendengar apa yang dikatakan anak angkatnya itu. "Kamu masih terlalu muda, kenapa kamu ingn mati sayang?". "Aku hanya anak yang dipungut dari lapagan rumput. Nyawaku tak berharga. Biarlah aku keluar dari rumah sakit ini". <br />
</div><div style="text-align: justify;">Karena keadaan yang teramat sulit, dengan terpaksa ayahnya menyetuji permintaan anaknya. Sadar dengan sisa hidupnya yang singkat, gadis yang masih berusia delapan tahun itupun mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakaman untuk dirinya. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Sejak kecil Yu Yan tak pernah menuntut apapun pada ayahnya. Namun hari itu, setelah ia keluat rumah sakit ia mengajukan beberapa permintaan kepada ayahnya. Ia ingin mengenakan baju baru dan berfoto dengan ayahnya. Sang ayah memenuhi permintaan Yu Yan, ia membelikan baju baru untuk anaknya itu dan pergi ke studio foto untuk berfoto bersama anaknya. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Dengan baju barunya Yu Yan berpose bersama ayahnya. Dalam sakit yang dideritanya Yu Yan berusaha tersenyum sambil menahan air matanya yang menetes mebasahi pipi. "Kalau ayah meridukanku setelah aku tidak ada, lihatlah foto ini", ujar Yu Yan kepada ayahnya. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Keadaan Yu Yan diketahui oleh seluruh warga desa tempat tinggal Yu Yan. Selama ini, ia dikenal sebagai anak yang baik dan cerdas. Penderitaan yang ditanggung Yu Yan dan ayahnya membuat penduduk desa bersimpati dan berupaya membantu mereka dengan berusaha menggalang dana dari banyak orang. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Berita tentang Yu Yan pun meluas sampai akhirnya terdengar oleh seorang wartawati bernama Chun Yuan. Berkat laporan yang ditulis di surat kabar tempat wartawati itu bekerja, cerita tentang anak yang mempersiapkan pemakamannya sendiri itu dengan cepat tersebar keseluruh kota Rong Cheng. Banyak orang tergugah dengan pemberitaan di surat kabar tersebut. Kabar tentang Yu Yan akhirnya tersebar hingga keseluruh dunia. Orang-orang yang mengetahui cerita tentang Yu Yan mulai menyebarkan email kebanyak orang diselurh dunia untuk menggalang dana. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese didunia saja telah terkumpul 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Sumbangan dana masih terus mengalir dari segala penjuru dunia meskipun pengumuman dihentikannya penggalangan dana telah disebarkan.Segala yang dibutuhkan telah tersedia untk pengobatan Yu Yan, semua orang menunggu kabar baik tentang Yu Yan. Seseorang bahkan mengatakan dalam emailnya, "Yu Yuan anakku yang tercinta saya mengharapkan kesembuhanmu. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta." <br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan. Dokter Shii Min yang menangani Yu Yan memintanya untuk menjadi anak perermpuannya. Air mata Yu Yuan pun mengalir deras karena merasa bahagia. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggilnya Mama. Suara itu, Shii Min kaget, ia tersenyum sambil berkata, "Anak yang baik". <br />
</div><div style="text-align: justify;">Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan. Banyak juga orang yang menanyakan kabar Yu Yuan melalui email. Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi. Fisik Yu Yan semakin lemah. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Yu Yuan pernah bertanya kepada Fu Yuan, seorang wartawti, "Tante kenapa mereka mau menyumbang uang untuk saya? Wartawati tersebut menjawab, karena mereka semua adalah orang yang baik hati". "Tante saya juga mau menjadi orang yang baik hati" ujar Yu Yan. Dari bawah bantal tidurnya gadis kecil itu mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. "Tante ini adalah surat wasiat saya." <br />
</div><div style="text-align: justify;">Fu yuan kaget setelah mebaca surat wasiat dari Yu Yan. Ternyata gadis tak berdaya itu telah mempersiapkan pemakamannya sendiri. Seorang anak berumur delapan tahun yang sedang menghadapi kematian menulis tiga halaman surat wasiat yang dibagi menjadi enam bagian. <br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK2CtdX0zc1vaERlRTHBQr1tY_3UpI0SY-ubhmpCdJCG7SxhG4qEmvE4q6CVK-KRYDs77ELxniHG34xP3ZePFw7U0TNJmWrQ7d3Jr5jlNPP3hkfeiwvcPigQ3t40rFBjC4RcRNeNZdjoo/s1600/YuYan.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="154" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjK2CtdX0zc1vaERlRTHBQr1tY_3UpI0SY-ubhmpCdJCG7SxhG4qEmvE4q6CVK-KRYDs77ELxniHG34xP3ZePFw7U0TNJmWrQ7d3Jr5jlNPP3hkfeiwvcPigQ3t40rFBjC4RcRNeNZdjoo/s200/YuYan.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;">Lewat surat wasiatnya itu YuYan menyampaikan rasa terimakasih sekaligus megucapkan selamat tinggal kepada semua orang yang telah sangat peduli dengan keadaanya. Kalimat terakhir dalam surat wasiat tersebut berbunyi, "Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibsumbangkan untuk sekolah saya. Dan katakana kepada pemimpin palang merah, Setelah saya meninggal, sisa biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti saya agar mereka lekas sembuh". Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya. "Saya pernah datang, saya sangat patuh", itulah kata-kata terakhir yang keluar dari bibir Yu Yuan. <br />
<br />
Pada tanggal 22 agustus, akibat pendarahan dibagian pencernaan Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakitnya itu akhirnya menutup mata untuk selamanya. Berita ini merupaka pukulan bagi banyak orang yang mengharapkan kesembuhan Yu Yan. <br />
<br />
Diatas batu nisannya tertulis, "Aku pernah datang dan aku sangat patuh" (30 nov 1996- 22 agus 2005). Dan dibelakangnya terukir riwayat hidup Yu Yuan. </div><div style="text-align: justify;"><br />
Sesuai pesan Yu Yuan, sisa dana sebesar 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita luekimia lainnya. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian. Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak tersebut. "Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami diatas sana. Jangan risau, kelak di batu nisan kami juga akan kami ukir dengan kata-kata "Aku pernah datang dan aku sangat patuh".</div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-80234080297171651552011-06-21T16:48:00.000+07:002011-06-21T16:48:42.262+07:00Zhang Da, Sebuah Kisah Teladan dari Negeri China<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0_NI5OFwDoi0_jrag-WS73eDHiOGbz4cXCU6CT8iDqcybN4cQ0Q98RfA6EXfCf2GjgSHddrwk2nFcwg98G_KWYtg3jCHOq9sHrCVPzCKyeyksZFVU9T379QhlEISdaBSW60fmAqW7T40/s1600/zang+da.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0_NI5OFwDoi0_jrag-WS73eDHiOGbz4cXCU6CT8iDqcybN4cQ0Q98RfA6EXfCf2GjgSHddrwk2nFcwg98G_KWYtg3jCHOq9sHrCVPzCKyeyksZFVU9T379QhlEISdaBSW60fmAqW7T40/s200/zang+da.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"> Pada waktu tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi oleh mamanya yang sudah tidak tahan hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit keras. Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan seorang papa yang tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, dan sakit-sakitan. Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggung jawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan untuk papanya dan juga dirinya sendiri. Ia juga harus memikirkan obat-obat yang yang pasti tidak murah untuk dia. Dalam kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai. Ia masih terlalu kecil untuk menjalankan tanggung jawab yang susah dan pahit ini. Ia adalah salah satu dari sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini. Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah. Hidup harus terus berjalan, tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggung jawab untuk meneruskan kehidupannya dan papanya. Demikian ungkapan Zhang Da ketika menghadapi utusan pemerintah yang ingin tahu apa yang dikerjakannya.<br />
<br />
Ia mulai lembaran baru dalam hidupnya dengan terus bersekolah. Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Dalam perjalanan dari dan ke sekolah itulah, ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang masih bisa ditolerir oleh lidahnya dan mana yang tidak bisa ia makan. Setelah jam pulang sekolah, di siang hari dan juga sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya. Hidup seperti ini ia jalani selama lima tahun tetapi badannya tetap sehat, segar dan kuat.<br />
<br />
<b>Zhang Da Merawat Papanya yang Sakit</b><br />
Sejak umur 10 tahun, ia mulai tanggung jawab untuk merawat papanya. Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya. Ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya. Semua ia kerjakan dengan rasa tanggung jawab dan kasih. Semua pekerjaan ini menjadi tanggung jawabnya sehari-hari.<br />
<br />
<b>Zhang Da Menyuntik Sendiri Papanya </b><br />
Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengatasi semua ini. Sejak umur 10 tahun ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli. Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi/suntikan kepada pasiennya. Setelah ia rasa ia mampu, ia nekad untuk menyuntik papanya sendiri. Saya sungguh kagum, kalau anak kecil main dokter-dokteran dan suntikan itu sudah biasa. Tapi jika anak 10 tahun memberikan suntikan seperti layaknya suster atau dokter yang sudah biasa memberi injeksi saya baru tahu hanya Zhang Da. Orang bisa bilang apa yang dilakukannya adalah perbuatan nekad, saya pun berpendapat demikian. Namun jika kita bisa memahami kondisinya maka saya ingin katakan bahwa Zhang Da adalah anak cerdas yang kreatif dan mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang ada dalam hidup dan kehidupannya. Sekarang pekerjaan menyuntik papanya sudah dilakukannya selama lebih kurang lima tahun, maka Zhang Da sudah trampil dan ahli menyuntik.<br />
<br />
<b>Aku Mau Mama Kembali</b><br />
Ketika mata pejabat, pengusaha, para artis dan orang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju kepada Zhang Da, pembawa acara (MC) bertanya kepadanya, <br />
"Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana, dan apa yang kamu rindukan untuk terjadi dalam hidupmu? Berapa uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah? Besar nanti mau kuliah di mana, sebut saja. Pokoknya apa yang kamu idam-idamkan sebut saja, di sini ada banyak pejabat, pengusaha, dan orang terkenal yang hadir. Saat ini juga ada ratusan juta orang yang sedang melihat kamu melalui layar televisi, mereka bisa membantumu!"<br />
<br />
Zhang Da pun terdiam dan tidak menjawab apa-apa. MC pun berkata lagi kepadanya, "Sebut saja, mereka bisa membantumu." Beberapa menit Zhang Da masih diam, lalu dengan suara bergetar iapun menjawab, "Aku mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan sendiri, Mama kembalilah!" demikian Zhang dan bicara dengan suara yang keras dan penuh harap.<br />
<br />
Saya bisa lihat banyak pemirsa menitikkan air mata karena terharu. Saya pun tidak menyangka akan apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak minta deposito yang cukup untuk meringankan hidupnya dan sedikit bekal untuk masa depannya? Mengapa ia tidak minta rumah kecil yang dekat dengan rumah sakit? Mengapa ia tidak minta sebuah kartu kemudahan dari pemerintah agar ketika ia membutuhkan, melihat katabelece yang dipegangnya, pasti semua akan membantunya. Sungguh saya tidak mengerti, tapi yang saya tahu apayang dimintanya, itulah yang paling utama bagi dirinya. Aku mau Mama kembali, sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak saat melihat mamanya pergi meninggalkan dia dan papanya. </div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-18809489795449884932011-06-21T09:52:00.000+07:002011-06-21T09:52:49.009+07:00Aku Menangis Untuk Adikku 6 Kali<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwO_ms9ARVs8qJjTttT8HzZKG6-8_8nfh0c_mUsx50bi_UFUkBSJKvLNyNOYRiqScUnnO9EVlQ_scOIwdbyQZY6ZDCTjDvRtgr_dKPEsqAr4R3upb7CJ10UOZON0J1ncix-SRTSpZNXiQ/s1600/brother-sister-portrait.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwO_ms9ARVs8qJjTttT8HzZKG6-8_8nfh0c_mUsx50bi_UFUkBSJKvLNyNOYRiqScUnnO9EVlQ_scOIwdbyQZY6ZDCTjDvRtgr_dKPEsqAr4R3upb7CJ10UOZON0J1ncix-SRTSpZNXiQ/s200/brother-sister-portrait.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;">Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.<br />
<br />
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.<br />
</div><div style="text-align: justify;">"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan,<br />
</div><div style="text-align: justify;">"Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.<br />
<br />
Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"</div><div style="text-align: justify;"><br />
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">"Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"<br />
<br />
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi." Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.<br />
<br />
Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun Aku berusia 11. Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten.<br />
<br />
Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">"Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">"Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku."<br />
<br />
Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata,<br />
"Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."<br />
<br />
Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:<br />
</div><div style="text-align: justify;">"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata ber- cucuran sampai suaraku hilang.<br />
<br />
Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas) . Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">"Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"<br />
</div><div style="text-align: justify;">Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku.<br />
<br />
Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu."</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis.<br />
<br />
Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23. Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">"Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini.Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan membalut lukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
"Tidak, tidak sakit.Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..." Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.<br />
<br />
Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.<br />
<br />
Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"<br />
</div><div style="text-align: justify;">Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"<br />
<br />
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"</div><div style="text-align: justify;"><br />
"Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku.<br />
<br />
Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."<br />
<br />
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata- kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai. </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">(www.invisibleman0595.co.cc) </div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7519082810393709727.post-4775852689920481412011-06-21T09:13:00.000+07:002011-06-21T09:13:04.982+07:00Kisah Mengharukan Seorang Anak Dengan Ayahnya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQJZ-tBFXY1iXmDQGuWmmNo29e-K9YSFHs9CwjrUEaQ-M0oyJP6k1-qaPp-gm3cI290OoK5ZoGs7CHeISFfwWgn883JaKJaq82abdiI0Cof5etBWMQ21HiRwaJqOd86_JgeT67QgEMjgI/s1600/ulartangga.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQJZ-tBFXY1iXmDQGuWmmNo29e-K9YSFHs9CwjrUEaQ-M0oyJP6k1-qaPp-gm3cI290OoK5ZoGs7CHeISFfwWgn883JaKJaq82abdiI0Cof5etBWMQ21HiRwaJqOd86_JgeT67QgEMjgI/s200/ulartangga.jpg" width="200" /></a></div><div style="text-align: justify;"> <a href="http://www.invisibleman0595.co.cc/2010/01/kisah-mengharukan-seorang-anak-dengan.html"></a> Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta , tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.</div><div style="text-align: justify;"><br />
"Kok, belum tidur ?" sapa Andrew sambil mencium anaknya. </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, </div><div style="text-align: justify;"><br />
Sarah menjawab, "Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau Tanya berapa sih gaji Papa ?"<br />
</div><div style="text-align: justify;">"Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?"<br />
</div><div style="text-align: justify;">"Ah, enggak. Pengen tahu aja" ucap Sarah singkat.<br />
</div><div style="text-align: justify;">"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayo ?"</div><div style="text-align: justify;"><br />
Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Andrew beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya.</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">"Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,-untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong" katanya.<br />
</div><div style="text-align: justify;">"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur" perintah Andrew. Tetapi Sarah tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">Sarah kembali bertanya, "Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?"<br />
<br />
"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah".<br />
</div><div style="text-align: justify;">"Tapi Papa..."<br />
</div><div style="text-align: justify;">Kesabaran Andrew pun habis. "Papa bilang tidur !" hardiknya mengejutkan Sarah. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.<br />
<br />
Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp.15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata, </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">"Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp.5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih" jawab Andrew<br />
<br />
"Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini".<br />
<br />
"lya, iya, tapi buat apa ?" tanya Andrew lembut.<br />
</div><div style="text-align: justify;">"Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp.15.000,- tapi.. karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp.. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp.5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa" kata Sarah polos.<br />
<br />
Andrew pun terdiam. ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.<br />
<br />
<blockquote><i>"Bagi dunia kau hanya seseorang, tapi bagi seseorang kau adalah dunianya"</i> </blockquote></div>Andhika Jayahttp://www.blogger.com/profile/05756879781831194074noreply@blogger.com