Muhammad Syafii Antonio atau yang biasa dikenal dengan Syafii Antonio, merupakan satu diantara tokoh-tokoh muslim Indonesia masa kini yang memberikan kontribusi dakwah di bidang ekonomi Syariah selain Adi Warman Karim, KH. Didin Hafiduddin dan beberapa ekonom syariah lainnya. Namun, tak banyak yang tahu jika Syafii Antonio merupakan seorang mualaf, yang sempat berpetualang, mencari kebenaran agama sejak usianya masih remaja.
Lahir di Sukabumi, Jawa Barat 12 Mei 1965, Syafii Antonio adalah warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang. Sebelum memeluk Islam, nama Syafii Antonio adalah Nio Gwan Chung. Sejak kecil ia akrab dengan ajaran Konghucu, karena ayahnya sendiri Nio Sem Nyau, tak lain seorang Shinse dan Biksu Budha Tridharma, di Sukabumi.
Mayoritas tetangga sekitar yang beragama Islam ditambah dengan lingkungan sekolahannya, secara tidak langsung memaksa Nio Gwan Chung sejak kecil bersentuhan dengan komunitas pemeluk agama terbesar di republik ini. Bahkan kerap Nio Gwan Chung terlihat di depan masjid sambil memperhatikan keunikan-keunikan tatacara peribadatan orang Islam yang tidak ditemui di dalam ajaran Konghucu yang dianut. Saking asyiknya, ia sempat diam-diam menirukan gerakan-gerakan umat Islam saat melakukan salat.
Namun, kebencian ayahnya terhadap umat Islam mengakibatkan Nio Gwan Chung mengurungkan niatnya untuk terus memperdalam ajaran Islam. Rasa benci ini didasari pada imej buruk yang selama ini membelenggu mayoritas umat Islam Indonesia. Kemiskinan, kebodohan, kriminilitas, dan beragam hal negatif lainnya, memperparah citra Islam dimata ayahnya.
Lahir di Sukabumi, Jawa Barat 12 Mei 1965, Syafii Antonio adalah warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa yang. Sebelum memeluk Islam, nama Syafii Antonio adalah Nio Gwan Chung. Sejak kecil ia akrab dengan ajaran Konghucu, karena ayahnya sendiri Nio Sem Nyau, tak lain seorang Shinse dan Biksu Budha Tridharma, di Sukabumi.
Mayoritas tetangga sekitar yang beragama Islam ditambah dengan lingkungan sekolahannya, secara tidak langsung memaksa Nio Gwan Chung sejak kecil bersentuhan dengan komunitas pemeluk agama terbesar di republik ini. Bahkan kerap Nio Gwan Chung terlihat di depan masjid sambil memperhatikan keunikan-keunikan tatacara peribadatan orang Islam yang tidak ditemui di dalam ajaran Konghucu yang dianut. Saking asyiknya, ia sempat diam-diam menirukan gerakan-gerakan umat Islam saat melakukan salat.
Namun, kebencian ayahnya terhadap umat Islam mengakibatkan Nio Gwan Chung mengurungkan niatnya untuk terus memperdalam ajaran Islam. Rasa benci ini didasari pada imej buruk yang selama ini membelenggu mayoritas umat Islam Indonesia. Kemiskinan, kebodohan, kriminilitas, dan beragam hal negatif lainnya, memperparah citra Islam dimata ayahnya.
Melihat sikap sang ayah terhadap umat Islam yang cenderung negatif Nio Gwan Chung yang saat itu mulai beranjak remaja, mencari pengalaman religi di luar Islam dan Konghucu. Kristen Protestan kemudian menjadi pilihannya.
Selain memelajari dan menganut agama baru ini, Nio Gwan Chung berganti nama menjadi Pilot Sagaran Antonio. ternyata perpindahan agama barunya ini tidak memunculkan reaksi keras dari ayahnya. Karena keluarganya sendiri memberikan keleluasaan dalam memeluk agama, dengan catatan tidak untuk agama Islam. Sang Ayah akan sangat murka jika seandainya anaknya kelak ada yang memeluk Islam.
Ajaran Kristen Protestan yang baru dianut oleh Pilot Sagaran Antonio ini rupanya tidak memuaskan rasa haus akan kebenaran yang tengah ia cari. Secara diam-diam Pilot Sagaran Antonio kembali mendalami ajaran Islam yang dulu sempat dilupakannya melalui literatur buku-buku Islam. Citra buruk umat Islam di mata sang ayah, tak mempengaruhi semangat dia untuk masuk lebih jauh mengenal Islam.
Dalam mempelajari ajaran Islam, ia menggunakan metode komparasi yang membandingkan antara ajaran satu agama dengan agama lainnya. Komparasi ajaran agama ini ditempuh melalui pendekatan sejarah, pendekatan alamiah, dan pendekatan nalar rasio biasa. “Sengaja saya tidak menggunakan pendekatan kitab-kitab suci agar dapat secara obyektif mengetahui hasilnya,” ungkap Doktor Banking & Micro Finance, University of Melbourne tahun 2004 ini.
Setahap demi setahap Pilot Sagaran Antonio yang duduk dibangku SMA saat itu mulai menemukan titik terang. Melalui tiga pendekatan tadi, ia menyimpulkan agama Islam memiliki doktrin yang mudah dipahami dibandingkan dengan agama-agama lain. Master of Economic, International Islamic University, Malaysia tahun 1992 ini mengatakan, “Dalam Islam saya temukan bahwa semua rasul yang diutus Tuhan ke muka bumi mengajarkan risalah yang satu, yaitu Tauhid.”
Al-Quran, kitab suci umat Islam tidak luput dari perhatian Pilot Sagaran Antonio untuk dikaji lebih jauh. Isinya yang memesona bukan saja membuat dia tergagum-kagum, lebih dari itu ia tercebur dalam keagungan mukjizat alquran. Aspek bahasa, tatanan kata, isi berita, keindahan sastra, data-data ilmiah dan aspek lainnya yang disampaikan alquran, diakuinya, sangat sempurna.
Ajaran Islam baginya, memiliki sistem nilai yang sangat komprehensif. Ibadah dalam Islam diartikan secara universal. Semua yang dilakukan baik ritual, hubungan rumah tangga, ekonomi, sosial, maupun budaya, selama tidak menyimpang dan untuk meninggikan syiar Allah, nilainya adalah ibadah.
Sistem kepercayaan yang dibangun Islam tampak sangat berbeda dengan agama lain. Yang lebih menarik lagi hatinya, bahwa di dalam Islam tidak perlu ada perantara dalam beribadah, yang ada hanyalah antara hamba dan Tuhannya.
Hasil dari studi banding inilah yang kemudian memantapkan hati Pilot Sagaran Antonio untuk segera memutuskan bahwa Islam adalah agama yang dapat menjawab persoalan hidup.
Memeluk Islam
Melalui perenungan yang cukup panjang, akhirnya, tahun 1984 bertepatan dengan usianya yang ke-17 Pilot Sagaran Antonio memutuskan untuk mengucapkan kalimat syahadat dengan bimbingan K.H.Abdullah bin Nuh al-Ghazali. Usai ikrar keislamannya, nama Muhammad Syafii Antonio kemudian ia pilih sebagai pengganti nama Pilot Sagaran Antonio.
Ada lima alasan mengapa dia memilih nama syafii. “Syafii adalah nama yang unik, dan diambil dari nama imam besar, berbudi baik, luhur serta terkenal akan objektivitasnya. Sedangkan Antonio adalah nama keluarga yang akan membedakannya dari Muhammad syafii lain,” ungkap Sarjana Syariah, lulusan University of Jordan ini.
Tindakan berani dari Syafii Antonio kontan menimbulkan reaksi keras dari sang ayah yang sejak awal sudah mewanti-wanti keluarganya agar tidak memilih Islam sebagai agama. Dampaknya, tak hanya dikucilkan, Syafii Antonio pun langsung diusir pergi dari rumah oleh ayahnya.
“Saya dikucilkan dan diusir dari rumah. Jika saya pulang, pintu selalu tertutup dan terkunci. Bahkan pada waktu shalat, kain sarung saya sering diludahi. Perlakuan keluarga terhadap diri saya tak saya hadapi dengan wajah marah, tapi dengan kesabaran dan perilaku yang santun. Ini sudah konsekuensi dari keputusan yang saya ambil,” ungkap anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia ini.
Ujian demi ujian terus dilaluinya dengan penuh kesabaran. Pucuk dicinta ulam pun tiba setelah setahun keislamannya, sang ibu, Liem Soen Nio, kemudian menyusul anaknya memeluk Islam di tahun 1985. Sang ibu di bawah bimbingan KH Abdullah bin Nuh mengucapkan syahadat di Bogor. Kemudian berganti nama menjadi Sunniah Badra Halim.
Pria yang gemar membaca buku Buya Hamka dan Yusuf Qradawi ini kemudian memtuskan untuk mondok di Pesantren an-Nidzom Sukabumi di tahun 1985, di bawah pimpinan K.H.Abdullah Muchtar. Di sinilah, Matan Alfiyah Ibn Malik yang terdiri atas seribu baris dalam bahasa Arab berhasil dihafalnya.
Memilih Ekonomi
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Pesantren an-Nidzom, Syafii Antonio melanjutkan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung, namun kemudian pindah ke Institut Agama Islam Negeri, Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Itupun tak lama, kemudian Syafii Antonio melanjutkan ke University of Jordan (Yordania) untuk mengambil program S1 fakultas ekonomi. Setelah menyelesaikan S1 tahun 1990, ia kembali menyambung karir pendidikannya pada program S2 di international Islamic University (IIU), Malaysia, khusus mempelajari ekonomi Islam.
Setelah merampungkan S2 tahun 1992, Syafii langsung berkecimpung di dunia perbankan syariah. Ia bertemu delegasi Indonesia yang akan mendirikan bank syariah setelah melihat contoh bank syariah di Malaysia. Kembali ke Indonesia, ia bergabung dengan Bank Muamalat.
Dua tahun setelah itu, ia mendirikan Asuransi Takaful, lalu berturut-turut Reksa Dana Syariah. Empat tahun membesarkan Bank Muamalat, ia mundur dan mendirikan Tazkia Group yang memiliki beberapa unit usaha dengan mengembangkan bisnis di bidang ekonomi syariah. Untuk memantapkan ilmu ekonominya, ia kemudian mengikuti program doctoral, di University of Melbourne, Australia.
Selain memelajari dan menganut agama baru ini, Nio Gwan Chung berganti nama menjadi Pilot Sagaran Antonio. ternyata perpindahan agama barunya ini tidak memunculkan reaksi keras dari ayahnya. Karena keluarganya sendiri memberikan keleluasaan dalam memeluk agama, dengan catatan tidak untuk agama Islam. Sang Ayah akan sangat murka jika seandainya anaknya kelak ada yang memeluk Islam.
Ajaran Kristen Protestan yang baru dianut oleh Pilot Sagaran Antonio ini rupanya tidak memuaskan rasa haus akan kebenaran yang tengah ia cari. Secara diam-diam Pilot Sagaran Antonio kembali mendalami ajaran Islam yang dulu sempat dilupakannya melalui literatur buku-buku Islam. Citra buruk umat Islam di mata sang ayah, tak mempengaruhi semangat dia untuk masuk lebih jauh mengenal Islam.
Dalam mempelajari ajaran Islam, ia menggunakan metode komparasi yang membandingkan antara ajaran satu agama dengan agama lainnya. Komparasi ajaran agama ini ditempuh melalui pendekatan sejarah, pendekatan alamiah, dan pendekatan nalar rasio biasa. “Sengaja saya tidak menggunakan pendekatan kitab-kitab suci agar dapat secara obyektif mengetahui hasilnya,” ungkap Doktor Banking & Micro Finance, University of Melbourne tahun 2004 ini.
Setahap demi setahap Pilot Sagaran Antonio yang duduk dibangku SMA saat itu mulai menemukan titik terang. Melalui tiga pendekatan tadi, ia menyimpulkan agama Islam memiliki doktrin yang mudah dipahami dibandingkan dengan agama-agama lain. Master of Economic, International Islamic University, Malaysia tahun 1992 ini mengatakan, “Dalam Islam saya temukan bahwa semua rasul yang diutus Tuhan ke muka bumi mengajarkan risalah yang satu, yaitu Tauhid.”
Al-Quran, kitab suci umat Islam tidak luput dari perhatian Pilot Sagaran Antonio untuk dikaji lebih jauh. Isinya yang memesona bukan saja membuat dia tergagum-kagum, lebih dari itu ia tercebur dalam keagungan mukjizat alquran. Aspek bahasa, tatanan kata, isi berita, keindahan sastra, data-data ilmiah dan aspek lainnya yang disampaikan alquran, diakuinya, sangat sempurna.
Ajaran Islam baginya, memiliki sistem nilai yang sangat komprehensif. Ibadah dalam Islam diartikan secara universal. Semua yang dilakukan baik ritual, hubungan rumah tangga, ekonomi, sosial, maupun budaya, selama tidak menyimpang dan untuk meninggikan syiar Allah, nilainya adalah ibadah.
Sistem kepercayaan yang dibangun Islam tampak sangat berbeda dengan agama lain. Yang lebih menarik lagi hatinya, bahwa di dalam Islam tidak perlu ada perantara dalam beribadah, yang ada hanyalah antara hamba dan Tuhannya.
Hasil dari studi banding inilah yang kemudian memantapkan hati Pilot Sagaran Antonio untuk segera memutuskan bahwa Islam adalah agama yang dapat menjawab persoalan hidup.
Memeluk Islam
Melalui perenungan yang cukup panjang, akhirnya, tahun 1984 bertepatan dengan usianya yang ke-17 Pilot Sagaran Antonio memutuskan untuk mengucapkan kalimat syahadat dengan bimbingan K.H.Abdullah bin Nuh al-Ghazali. Usai ikrar keislamannya, nama Muhammad Syafii Antonio kemudian ia pilih sebagai pengganti nama Pilot Sagaran Antonio.
Ada lima alasan mengapa dia memilih nama syafii. “Syafii adalah nama yang unik, dan diambil dari nama imam besar, berbudi baik, luhur serta terkenal akan objektivitasnya. Sedangkan Antonio adalah nama keluarga yang akan membedakannya dari Muhammad syafii lain,” ungkap Sarjana Syariah, lulusan University of Jordan ini.
Tindakan berani dari Syafii Antonio kontan menimbulkan reaksi keras dari sang ayah yang sejak awal sudah mewanti-wanti keluarganya agar tidak memilih Islam sebagai agama. Dampaknya, tak hanya dikucilkan, Syafii Antonio pun langsung diusir pergi dari rumah oleh ayahnya.
“Saya dikucilkan dan diusir dari rumah. Jika saya pulang, pintu selalu tertutup dan terkunci. Bahkan pada waktu shalat, kain sarung saya sering diludahi. Perlakuan keluarga terhadap diri saya tak saya hadapi dengan wajah marah, tapi dengan kesabaran dan perilaku yang santun. Ini sudah konsekuensi dari keputusan yang saya ambil,” ungkap anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia ini.
Ujian demi ujian terus dilaluinya dengan penuh kesabaran. Pucuk dicinta ulam pun tiba setelah setahun keislamannya, sang ibu, Liem Soen Nio, kemudian menyusul anaknya memeluk Islam di tahun 1985. Sang ibu di bawah bimbingan KH Abdullah bin Nuh mengucapkan syahadat di Bogor. Kemudian berganti nama menjadi Sunniah Badra Halim.
Pria yang gemar membaca buku Buya Hamka dan Yusuf Qradawi ini kemudian memtuskan untuk mondok di Pesantren an-Nidzom Sukabumi di tahun 1985, di bawah pimpinan K.H.Abdullah Muchtar. Di sinilah, Matan Alfiyah Ibn Malik yang terdiri atas seribu baris dalam bahasa Arab berhasil dihafalnya.
Memilih Ekonomi
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Pesantren an-Nidzom, Syafii Antonio melanjutkan pendidikannya di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung, namun kemudian pindah ke Institut Agama Islam Negeri, Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Itupun tak lama, kemudian Syafii Antonio melanjutkan ke University of Jordan (Yordania) untuk mengambil program S1 fakultas ekonomi. Setelah menyelesaikan S1 tahun 1990, ia kembali menyambung karir pendidikannya pada program S2 di international Islamic University (IIU), Malaysia, khusus mempelajari ekonomi Islam.
Setelah merampungkan S2 tahun 1992, Syafii langsung berkecimpung di dunia perbankan syariah. Ia bertemu delegasi Indonesia yang akan mendirikan bank syariah setelah melihat contoh bank syariah di Malaysia. Kembali ke Indonesia, ia bergabung dengan Bank Muamalat.
Dua tahun setelah itu, ia mendirikan Asuransi Takaful, lalu berturut-turut Reksa Dana Syariah. Empat tahun membesarkan Bank Muamalat, ia mundur dan mendirikan Tazkia Group yang memiliki beberapa unit usaha dengan mengembangkan bisnis di bidang ekonomi syariah. Untuk memantapkan ilmu ekonominya, ia kemudian mengikuti program doctoral, di University of Melbourne, Australia.
(m.yasin/Alhikmah) alhikmahonline.com